SUKABUMIUPDATE.com - Korban bencana pergerakan tanah asal Kampung Gunungbatu, Desa Kertaangsana, Kecamatan Nyalindung, Kabupaten Sukabumi, mulai resah. Sudah tiga tahun mereka hidup di hunian sementara atau Huntara di Kampung Ciboregah, Desa Kertaangsana, sejak bencana ini terjadi pada April 2019.
Keresahan itu muncul karena para penyintas bencana pergerakan tanah ini belum memiliki kepastian kapan direlokasi ke hunian tetap atau Huntap yang lebih aman dan nyaman. Padahal, pemerintah telah menjanjikan relokasi tersebut, setelah para penyintas menghuni Huntara selama kurang lebih dua tahun, sejak bencana terjadi.
"Sekarang sudah lebih dari dua tahun, tidak ada Huntap," kata Ketua RT 02/09 Kampung Gunungbatu, Eman, kepada sukabumiupdate.com, Kamis (21/4/2022). Eman juga menyebut bangunan Huntara yang kini dihuni puluhan kepala keluarga sudah mulai rusak dan memprihatinkan. Kondisi ini membuat penhuni tidak nyaman.
Baca Juga :
Eman mengatakan warga yang menempati Huntara, beberapa mengaku kesulitan mencari nafkah. Menurut Eman, ada 109 kepala keluarga yang menjadi korban pergerakan tanah tiga tahun lalu, di mana 74 kepala keluarga menghuni Huntara. "Sisanya ada yang sudah punya rumah sendiri, ngontrak, atau tinggal dengan keluarganya," ucap dia.
"Betah tidak betah, mau bagaimana lagi. Intinya kami ingin disegerakan ada hunian tetap," kata Eman. Bencana pergerakan tanah di Kampung Gunungbatu, Desa Kertaangsana, Kecamatan Nyalindung, Kabupaten Sukabumi, ini mulai diketahui warga pada April 2019. Saat itu mulai terjadi retakan tanah, lantai, dan dinding rumah.
Sekretaris BPBD Kabupaten Sukabumi Anita Mulyani mengatakan pembangunan Huntap masih terkendala dana karena refocusing Covid-19. Sebenarnya, lahan untuk Huntap sudah tersedia 5 hektare yang diperoleh dari PT Pasir Salam yang penyerahannya langsung diterima Pemerintah Kabupaten Sukabumi di Pendopo Sukabumi.
"Setiap saat juga semua proses ditempuh, dilaksanakan sesuai aturan. Tapi kan tidak mudah. Apalagi dua tahun kemarin stuck Covid-19," kata Anita. Ada 172 rumah model semi permanen yang direncanakan akan dibangun di Huntap tersebut. "Belum ada yang dibangun. Terkait dananya tidak ada. Masih diupayakan," ucap Anita.
Diketahui, pergerakan tanah ini pun mengakibatkan ruas Jalan Sukabumi-Sagaranten di kampung setempat anjlok dan mengancam lahan persawahan.