SUKABUMIUPDATE.com - Aksi massa Aliansi Rakyat Sukabumi Menggugat yang berlangsung Selasa, 12 April 2022 kemarin dari siang hingga malam hari menyisakan sejumlah harapan. Tak hanya mahasiswa, banyak elemen warga yang ikut dalam aksi ini, mulai dari petani hingga Ojol (Ojok Online) yang berharap pemerintah cepat memperbaiki perekonomian bangsa yang makin melemah.
Sejumlah komunitas Ojol bergabung dalam aksi ini dari pagi hingga malam. Mereka benar-benar berharap pemerintah membatalkan program-program yang menyedot anggaran disaat ekonomi masyarakat masih tertatih akibat pandemi. Ojol tentu tidak menginginkan kenaikan harga BBM (bahan bakar minyak) karena ini adalah biaya operasional mereka mencari rezeki harian.
Seperti diungkapkan Devi Maulana (33 tahun), yang menyebut walaupun Pertalite tidak naik dan disubsidi, faktanya hingga hari ini sulit didapat. "Dampaknya sangat besar bagi kami yang sehari-hari menggunakan BBM untuk mencari nafkah keluarga," jelas driver Ojol ini kepada awak media, Selasa malam kemarin.
Pertamax naik sehingga harga eceran jadi Rp 14 hingga Rp 15 ribu. Sedangkan untuk mengisi pertalite di SPBU bagi kendaraan roda dua bukan perkara mudah saat ini karena antriannya cukup panjang.
Baca Juga :
"Kalau ngisi pertamax, kami bawa pulang apa ke rumah. Anak-anak kami mau makan apa?" tegasnya.
Dewi berharap pemerintah mengkaji kembali kebijakan tersebut, karena memastikan BBM bersubsidi yaitu pertalite mudah didapat oleh warga itu sulit saat ini. Kondisi ini di perkeruh dengan kenaikan bahan pokok dan bahan kebutuhan lainya yang dipicu oleh mahalnya BBM, mahalnya harga minyak goreng dan mahalnya harga pupuk serta obat-obatan pertanian.
Rojak Daud, perwakilan dari aktivis petani yang ikut dalam aksi tersebut bahkan langsung menunjuk salah satu biang kerok makin terpuruknya perekonomian bangsa. "Saat masalah pupuk, obat-obatan bagi petani belum beres, termasuk isu reform agraria. Petani sudah dihadapkan dengan situasi serba naik imbas kenaikan BBM dan PPN (pajak). Batalkan proyek pembangunan ibu kota negara yang baru atau IKN, karena saat ini lebih penting perbaikan ekonomi bangsa," teriak Rojak saat menjadi orator dalam aksi tersebut.
Rojak meminta pemerintah lebih fokus perbaikan ekonomi yang melemah karena pandemi. Ekonomi rakyat yang baru hendak hendak bangkit akibat pandemi kini dibenamkan oleh pemerintah dengan kebijakan-kebijakan yang tidak pro rakyat kecil.
"Pemerintah kalah dengan mafia industri dan pemilik uang. Kasus minyak goreng mencoreng muka pemerintah karena harus mengorbankan rakyat menengah dan miskin dari pada menindak pada mafia minyak goreng," beber Rojak.
Baik Rojak maupun Devi mengaku akan mengawal aspirasi rekan sejawat mereka dan masyarakat lainnya terkait kondisi perekonomian saat ini. Keduanya sepakat jika pemerintah tidak berbenah, kelaparan akan mengancam Indonesia sebagai negeri kaya sumber daya alam.