SUKABUMIUPDATE.com - Pada Hari Gizi Nasional 2022, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Sukabumi memaparkan setidaknya ada 1282 atau 6,3 persen anak di Kota Sukabumi mengalami Stunting (kondisi anak yang mengalami masalah pertumbuhan pada tinggi badannya, red) serta 28 anak menderita gizi buruk.
Mengacu angka tersebut, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes Kota Sukabumi, Wahyu Handriana mengatakan pihaknya akan melakukan fokus prioritas pencegahan dan penurunan stunting di sejumlah Kecamatan di Kota Sukabumi.
Diantaranya, Kecamatan Warudoyong dengan tiga kelurahan (Benteng, Dayeuhluruh dan Sukakarya), Kecamatan Gunungpuyuh dengan tiga kelurahan (Sriwedari, Gunungpuyuh, Karangtengah), Kecamatan Citamiang dengan dua kelurahan (Gedongpanjang dan Nanggeleng), Kecamatan Baros (Jayamekar) dan Kecamatan Cikole (Selabatu).
“Kepala Dinas dan Ibu Walikota sudah menginstruksikan bagaimana kedepannya jangan ada stunting, sehingga nanti bisa kita tangani.” ujar Wahyu.
Wahyu menambahkan, adapun upaya yang dilakukan yakni seperti bekerja sama dengan puskesmas dan kelurahan setempat untuk mendata jumlah anak yang mengalami stunting serta gizi buruk.
Disamping itu, untuk penanganan kasus stunting, Wahyu menyatakan pihaknya sudah melakukan sosialisasi melalui program podcast terkait stunting.
“Kami sudah membuat podcast tentang bagaimana penanganan stunting dengan dokter spesialis anak dan gizi,” bebernya.
Sedangkan untuk penanganan kasus gizi buruk, pihaknya telah menjalankan kegiatan pemberikan makan tambahan kepada anak-anak yang mengalami permasalahan kesehatan tersebut.
“Tapi kebanyakan gizi buruk selalu disertai dengan penyakit bawaan, nah ini memang yang agak berat menangani penyakit bawaanya,” tukasnya.
Dikutip dari hellosehat.com, terdapat dua faktor utama penyebab terjadinya stunting pada anak.
1. Kurangnya asupan gizi selama hamil
WHO menyatakan bahwa sekitar 20 persen kasus stunting terjadi saat bayi masih berada di dalam kandungan.
Hal tersebut disebabkan oleh asupan sang ibu selama hamil kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi atau berkualitas sehingga nutrisi yang diterima janin cenderung sedikit.
Baca Juga :
Akibatnya, pertumbuhan di dalam kandungan mengalami hambatan dan terus berlanjut setelah kelahiran. Oleh sebab itu, penting untuk mencukupi berbagai nutrisi penting selama masa kehamilan.
2. Kebutuhan gizi anak yang tidak tercukupi
Stunting bisa terjadi akibat pola makan balita ketika masih berusia di bawah 2 tahun, gizinya tidak tercukupi. Contohnya, posisi menyusui yang kurang tepat, bayi tidak mendapatkan ASI eksklusif, atau bayi yang mengkonsumsi MPASI (makanan pendamping ASI) dengan kualitas yang kurang baik.
Terdapat sedikit perbedaan kondisi stunting yang dialami oleh kelompok usia 2–3 tahun dengan anak usia lebih dari 3 tahun.
Pada anak yang berusia di bawah 2–3 tahun, rendahnya pengukuran grafik tinggi badan menurut usia (TB/U) bisa menggambarkan proses stunting yang sedang berlangsung.
Sementara pada anak yang berusia lebih dari itu, kondisi tersebut menunjukkan kalau kegagalan pertumbuhan anak memang telah terjadi (stunted).