SUKABUMIUPDATE.com - Badan Penanggulangan Bencana Daerah atau BPBD Kota Sukabumi melakukan akumulasi skenario sederhana dalam penanganan bencana. Ini dilakukan dalam momen Hari Pengurangan Bencana Alam Internasional 2021, Rabu, 13 Oktober 2021.
Skenario ini dimulai pada Rabu pukul 11.30 WIB, di mana terjadi gempa bumi akibat aktivitas Sesar Cimandiri yang disertai kejadian ikutan di Kota Sukabumi. Akibat gempa tersebut, terjadi tanah longsor di Cikundul, Cipanengah, Lembursitu, Baros, dan Sudajaya Hilir, usai tiga hari diguyur hujan lebat.
Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan Bencana BPBD Kota Sukabumi Zulkarnain Barhami mengatakan, kejadian itu mengakibatkan 40 rumah rusak berat, 15 rumah tertimbun tanah longsoran, dan beberapa jalan lingkungan tertutup longsoran tanah.
"121 kepala keluarga kehilangan rumah, terdiri dari 150 jiwa harus mengungsi, 15 orang mengalami luka, 50 orang luka berat, 4 luka sedang, satu orang luka ringan, dan ada 30 orang berada di dalam rumah yang tertimbun tanah longsor," kata Zulkarnain menjelaskan skenario tersebut.
Zulkarnain menyebut, ada pula 10 orang masyarakat dari wilayah dan Linmas yang membantu korban pertama kali. "Setelah kejadian, perangkat RW setempat melapor ke Pak Lurah melalui WhatsApp. Sambil berangkat menuju lokasi bencana, Pak Lurah menghubungi pihak terkait untuk menginformasikan kejadian itu dan langkah yang harus segera diambil."
Baca Juga :
Sementara itu, BPBD Kota Sukabumi setelah mendengar dan menerima laporan langsung menurunkan personel dan armadanya ke lokasi kejadian serta menghubungi Satuan Kerja Perangkat Daerah atau SKPD teknis dan pihk terkait untuk melakulan tindakan.
"Hingga saat ini masih dilakukan respons cepat, pengkajian, serta pendataan dan mobilisasi sumber daya untuk tindakan menetapkan status keadaan darurat bencana," kata Zulkarnain.
Zulkarnain menjelaskan skenario tersebut dibuat oleh tim Komunikasi, Informasi, dan Edukasi, atau KIE BPBD Kota Sukabumi dalam rangkaian Hari Pengurangan Bencana Alam Internasional 2021 yang sedang, sudah, dan akan dilakukan dengan sasarannya masyarakat dan mahasiswa.
"Tujuannya mendorong masyarakat dan pemerintah untuk ambil bagian dalam membangun masyarakat yang tahan terhadap bencana alam. Di Indonesia ini telah dijadikan sebagai bulan Pengurangan Risiko Bencana dengan beragam acara yang digelar," ucapnya.
"Pengurangan risiko bencana merupakan konsep dan praktik mengurangi risiko bencana melalui upaya sistematis untuk menganalisa dan mengurangi faktor-faktor penyebab bencana. Agar kegiatan pembangunan dapat berkelanjutan mereka juga harus mengurangi risiko bencana," tambah Zulkarnain.
Zulkarnain mengungkapkan potret Kota Sukabumi yang seluas kurang lebih 48 kilometer persegi secara GGHD memiliki kerawanan bencana, sehingga diperlukan berbagai cara menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam pengurangan tingkat keterpaparannya. Salah satu yang dilakukan adalah mengintensifkan KIE ke segala segmen dengan maksud mengurangi risiko paparan kerentanan manusia dan properti.
"Kemudian manajemen yang tepat terhadap pengelolaan lahan serta lingkungan, dan meningkatkan kesiapan terhadap dampak bencana," ujarnya.
Berdasarkan hasil pendataan rawan bencana di Kota Sukabumi dengan tujuh kecamatan, BPBD menyebut kurang lebih ada 5.000 warga yang tinggal di daerah berisiko tinggi seperti bencana hidrometeorologi. Sehingga menjadi prioritas pemerintah untuk memberikan pembekalan dan perlindungan serta melatih kapasitas masyarakat dalam menghadapi bencana.