SUKABUMIUPDATE.com - Pandemi Covid-19 telah merenggut pendidikanku. Begitu kira-kira ungkapan remaja asal Desa Padaasih, Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi, Salma Fauzia Rahman (13 tahun). Salma terpaksa tidak lanjut ke jenjang sekolah menengah pertama selepas lulus dari Madrasah Ibtidaiyah Baitussalam pada 2020 lalu.
Bukan tanpa alasan, perempuan yang tinggal di Gang Makam, Kampung Cipancur, RT 26/06 Desa Padaasih ini harus rela tidak melanjutkan pendidikannya karena sulitnya ekonomi akibat terkunci pandemi. Ayah Salma, Abdurahman (60 tahun), berprofesi sebagai sopir Angkutan Kota atau Angkot dan pendapatannya menurun sejak wabah ini terjadi sekitar Maret 2020 silam.
Abdurahman yang menjadi sopir Angkot trayek Sukaraja-Pasa Tipar Gede mengaku penghasilannya turun hingga 50 persen, dari yang bisanya dapat Rp 60 ribu. "Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja sulit," kata dia, Senin, 26 Juli 2021. Abdurahman kini hanya bisa mengumpulkan Rp 25 hingga 30 ribu per hari. "Salma dan kakaknya Yusup Maulana jualan gorengan keliling Cisaat dengan berjalan kaki," tuturnya.
Senasib dengan sang adik, Yusup juga terpaksa putus sekolah saat menimba pendidikan di bangku kelas XI di Sekolah Menengah Kejuruan Teknika Cisaat pada tahun lalu. Abdurahman menyebut kedua anaknya itu terpaksa berjualan gorengan demi memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari yang tak bisa dihentikan meski sedang dilanda pandemi.
"Sebenarnya hati ini menjerit ingin menyekolahkan anak. Tapi mau dibilang apalagi, keadaannya tidak memungkinkan," ungkap Abdurahman.
Sang ibu, Nurjanah, telah meninggal dunia pada 2010 silam. Saat ini, Salman dan Yusup tinggal bersama ibu tirinya, Euis. Abdurahman mengaku baru menerima bantuan sosial tunai sebanyak dua kali dengan nominal Rp 300 ribu. "Bantuan selanjutnya sampai saat ini belum pernah menerima," kata dia.
Kondisi ini semakin sulit sebab mobil Angkot yang biasa dikemudikan Abdurahman adalah milik orang lain. "Kalau punya sendiri mungkin tidak mengeluh," ucapnya. Ia pun berharap ada pihak, terutama pemerintah, yang peduli dan bersedia menyekolahkan anaknya ke jenjang yang lebih tinggi.
"Saya ingin anak saya jadi orang sukses dan derajatnya setara dengan anak-anak yang lain. Kalau ada orang yang mengangkat anak saya sekolah sampai dia sukses, saya sangat bersyukur sekali," harap Abdurahman.