SUKABUMIUPDATE.com - Aksi Endang Jayadi (58 tahun) pedagang Es Buah mengibarkan bendera putih didukung penuh oleh teman-temannya sesama PKL di Kaum Cicurug Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Kebijakan pembatasan mobilitas warga dalam PPPK yang diperpanjang hingga 25 Juli mendatang, bikin penghasilan PKL "babak belur".
Hari ini, Endang tidak berjualan hingga malam atau pukul 21.00 WIB sesuai PPKM level 4 yang berlaku di Kabupaten Sukabumi. Jumat petang (23/7/2021) Endang sudah pulang karena kawasan tersebut dilanda hujan deras.
"Pak Endangnya sudah pulang dari sore," ungkap Asnu (55 tahun) penjual gorengan di Kaum cicurug.
Asnu dan sejumlah PKL kuliner lainnya di lokasi tersebut sepakat mendukung aksi bendera putih. Merekapun mengalami apa yang dialami Endang dan berharap yang sama yaitu ingin pandemi covid-19 ini segera Usai dan perekonomian bisa pulih sehingga penghasilan PKL bisa kembali seperti sedia kala.
Baca Juga :
“Sejak pandemi gini pembelinya jadi kurang begitu ramai. Kita kan sama-sama pedagang merasakan hal yang sama, emang lagi serba susah sekarang, makanya pengen Covid ini cepat berakhir saja” jelas Asnu.
Hal yang tidak berbeda juga diungkapkan Ramlan (43 tahun) pedagang minuman Pop Ice di depan SDN 3 Cicurug. Menurutnya apa yang dilakukan pak Endang sebagai pengingat agar pemerintah lebih memberikan perhatian pada usaha kecil di masa-masa sulit ini.
“Kalo saya sendiri sih melihat aksi tersebut bisa ngertiin posisinya sebagai pedagang kayak gimana. Tapi saya coba ikuti pemerintah aja, ga bisa ngelawan juga, tapi minta pengertian dan kebijakan nya, kita terkena dampak penurunan pendapatan," beber Ramlan.
Pengunjung di Lapang (Alun-Alun kaum Cicurug) jauh berkurang karena fasilitas publik ini ditutup untuk umum. "Saya pernah hanya dapat Rp 50 ribu dari pagi sampai malam, mungkin solusinya bantuan aja ke pedagang kayak kita yang kena dampaknya,” pungkas Ramlan.
Seperti diberitakan sebelumnya, Endang Jayadi mengibarkan bendera putih di depan gerobak es buah di kawasan Kaum Cicurug Kabupaten Sukabumi. Endang mengaku pasrah dan berharap pemerintah cepat merespon karena usaha yang sudah dilakoninya puluhan tahun terancam gulung tikar akibat pembatasan mobilisasi warga saat ini.
(PKL/UTAMA)