SUKABUMIUPDATE.com - Kampung Rawa Ece yang berjarak sekitar 7 Kilometer dari Kantor Desa Hegarmulya, Kecamatan Cidadap, Kabupaten Sukabumi, memiliki daya tarik tersendiri karena pemandangannya yang asri. Potensi yang dimiliki Kampung Rawa Ece ini yang kemudian dilirik Pemerintah Desa Hegarmulya dengan membuat fasilitas wisata berupa gazebo.
Dari kejauhan nampak hamparan sawah dan atap-atap rumah warga yang terlihat di antara pepohonan rindang. Kampung ini juga diapit oleh tebing-tebing tinggi. Lalu air yang meluncur deras di Curug Cijengkol semakin menguatkan daya pikat panorama kampung tersebut.
Baca Juga :
"Kami buatkan beberapa gazebo di Kampung Citutul RT 06/01 sekitar 1,5 kilometer dari Kampung Rawa Ece. Di Lokasi tersebut bisa memandang perkampungan Rawa Ece dan tebing - tebing serta beberapa air terjun dari Sungai Cijengkol," kata Kepala Desa Hegarmulya, Rosidin kepada sukabumiupdate.com, Rabu (30/6/2021).
Tak hanya sekedar suasananya yang asri, Kampung Rawa Ece kental dengan cerita rakyatnya. Konon kampung tersebut terbentuk akibat gempa besar atau megathrust yang mengguncang ratusan tahun silam.
Dari peristiwa itu, ada pasangan suami istri atau Pasutri yang selamat yaitu Mbah Jabeun dan Mbok Sanikeum. Masyarakat kampung Rawa Ece percaya kalau gempa dahsyat meruntuhkan sebagian bukit atau gunung sumul yang sekarang masih bisa dilihat patahannya sebagai tebing tegak lurus setinggi puluhan meter di sisi selatan Kampung Rawa Ece.
Cerita muasal Kampung Rawa Ece ini mungkin memperkuat kajian-kajian ilmiah tentang sejarah gempa-gempa megathrust di selatan Sukabumi. Patahan bukit di Rawa Ece oleh para ahli geologi disebut sebagai salah satu plato jampang atau patahan permukaan yang terjadi karena aktivitas tektonik atau pergeseran lempeng bumi (gempa).
Patahan tak hanya sebagai peninggalan sejarah geologi masa silam tapi juga memunculkan banyak curug atau air terjun yang indah. Meluncur dari sungai-sungai yang berada diatas tebing atau perbukitan. Sedikitnya ada sembilan curug di wilayah tersebut yang airnya terjun dari puncak tebing.
Dari cerita rakyat yang berkembang, gempa besar itu juga memunculkan tiga kolam air tawar di bagian lembahnya yang kemudian dipilih oleh Mbah Jabeun dan Mbok Sanikeum sebagai tempat tinggal.
Selain adanya tiga kolam, gempa juga memunculkan rawa-rawa yang ditemukan banyak kerang yang disebut dengan nama Ece. Dari sana kampung tersebut dinamakan Kampung Rawa Ece.
Lokasi rawa dan tiga kolam tersebut saat ini memang berada di pinggir kampung atau pemukiman warga. Tanda lainnya yang membuktikan Kampung Rawa Ece sudah berdiri cukup lama adalah keberadaan pohon bungur tua (berbunga warna ungu) dengan tinggi lebih dari 20 meter dan diameter batang lebih dari empat meter.
Pohon yang tumbuh di tengah permukiman warga itu, ditanam langsung oleh Mbah Jabeun dan Mbok Sanikeum untuk pancuh atau mengikat ternak. Makam kedua pendiri kampung itu juga berada tak jauh dari pohon bungur tua.