SUKABUMIUPDATE.com - Warga dua desa di daerah Selatan Kabupaten Sukabumi masih memilih rakit untuk menyeberangi Leuwi Bolang yang merupakan aliran Sungai Cikaso. Sejatinya ada sebuah jembatan gantung yang baru selesai dibangun yang menghubungkan warga Desa Cimahpar, Kecamatan Kalibunder dengan Desa Nangela, Kecamatan Tegalbuleud.
Akan tetapi ada warga yang khawatir melewati jembatan gantung sepanjang 120 meter itu. Hal tersebut yang lantas menjadi alasan warga memilih dan meminta rakit tetap dipertahankan.
"Rencananya [rakit] ini masih berhenti [beroperasi] tapi sehubungan banyak pengguna rakit dan banyak calon pengguna jembatan banyak yang ngeri. Akhirnya mereka pesan [rakit] jangan dihilangkan," ujar pengelola rakit Suyarna (52 tahun) kepada sukabumiupdate.com, Minggu (20/6/2021).
Baca Juga :
Alasan lain warga ingin mempertahankan rakit yaitu merupakan bagian dari cerita hidup warga. Selain itu banyak orang luar daerah tertarik dengan rakit tersebut.
Adapun rakit yang digunakan warga itu terbuat dari papan kayu jati dan agar mengambang dipasang paralon sebanyak 6 batang. Rakit tidak didayung tapi operatornya membentangkan tali tambang panjang 150 meter dan kawat seling panjang 150 meter.
Tali itu yang kemudian ditarik dan rakit pun melaju. Adapun rakit itu memiliki ukuran panjang 6 meter kemudian lebar 2,5 meter dan bisa muat 12 orang. Selain mengangkut orang, bisa juga memuat 4 sepeda motor.
Suyarna mengatakan memang awalnya rakit mau dihilangkan karena sekarang sudah ada jembatan gantung. Akan tetapi banyak warga yang meminta untuk tetap beroperasi.
"Akhirnya kami perbaiki lagi rakit tersebut agar bisa digunakan warga," tutur pria yang akrab disapa Oke warga Kampung Cisaat RT 9/2 Desa Cimahpar, Kecamatan Kalibunder.
Rakit tersebut beroperasi sejak 2012 hingga sekarang dan selama itu sudah 3 rakit yang terbawa arus air saat banjir. "Untuk membuat 1 unit rakit itu bisa menghabiskan 1,5 kubik kayu jati dan perlengkapan lainnya, total bisa habis Rp 12 juta," ungkapnya.
Suyarna mengungkapkan, pendapatan dari jasa rakit ini tidak tentu. Apabila ramai yang menyeberang bisa mengantongi pendapatan hingga Rp 300 ribu. Pendapatan tersebut dibagi tiga, pertama untuk orang yang menyebrangkan (juru mudi), kedua biaya operasional, ketiga biaya perbaikan rakit dan akses jalan.
"Untuk tarif per orang Rp 5000, motor Rp 10.0000. Ada juga yang se ikhlasnya, bahkan ada juga yang gratis," pungkas Suyarna.