SUKABUMIUPDATE.com - Sejumlah perkampungan di Desa Nangela, Kecamatan Tegalbuleud, Kabupaten Sukabumi, masih menghadapi persoalan infrastruktur. Ketika ingin sekolah, pergi ke pasar dan menjual hasil tani mereka harus berjalan kaki, bahkan saat ada orang sakit yang harus dibawa ke rumah sakit (RS) maka harus ditandu melewati sungai karena tak ada jembatan.
Keadaan itu dialami sekitar 300 Kepala Keluarga di Kampung Selaeurih, Kampung Bojongwaru 1, Bojongwaru 2, Sukasirna, serta Cikuya.
"Warga harus bersusah payah untuk ke perkotaan karena harus menyebrang Sungai Cicurug sejauh 60 meter. Semua kegiatan untuk mengakses kesehatan, pendidikan, ekonomi dan keperluan sosial lainnya harus melewati sungai tersebut," kata Ketua RW Bojongwaru sekaligus Ketua Komite SDN Bojongwaru, Solihin (49 tahun) kepada sukabumiupdate.com, Minggu (20/6/2021).
Menurut dia, sudah bertahun -tahun warga melintasi sungai ketika hendak berpergian dan akhirnya ada sebuah jembatan yang dibangun. 6 tahun warga menggunakan jembatan tersebut akan tetapi jembatan yang dibangun melalui aspirasi DPRD itu rusak dan terbawa arus air sungai. Maka dari ambruknya jembatan tersebut hingga saat ini, terhitung selama 7 tahun warga di Kampung Selaeurih, Kampung Bojongwaru1 dan 2, Cigugur, Sukasirna, Cikuya, menyeberangi sungai tersebut.
Selain harus menyeberangi sungai, jalan di daerah tersebut masih berupa tanah yang sulit diakses kendaraan. Maka dari itu, aktivitas apapun mesti dilakukan dengan berjalan kaki.
Solihin mengatakan, karena harus menyeberangi sungai maka sebanyak 15 anak di Kampung Cikuya mesti diantara orang tuanya ke SDN Bojongwaru yang berlokasi di Kampung Selaeurih. Apabila musim hujan mereka diliburkan, karena faktor keselamatan.
"Anak-anak dari Kampung Cikuya itu berjuang dengan jalan kaki sekitar 3 kilometer untuk sampai tujuan ke sekolah," jelasnya.
Soal kesehatan, kata Solihin, waktu tempuh Kampung Selaeurih, Kampung Bojongwaru 1, Bojongwaru 2, Sukasirna, serta Cikuya dengan RSUD Sagaranten yaitu 4 jam perjalanan sedangkan apabila ke RSUD Jampang Kulon sekitar 5 jam perjalanan.
Dari kampung tersebut, orang yang sakit itu harus ditandu sejauh 5 kilometer hingga jalan yang bisa dilalui kendaraan di Kampung Pasirawi. Dari Kampung Pasirawi itu kemudian orang sakit di bawa ke RS pakai mobil.
"Selama ini memang belum ada pasien yang meninggal di jalan, namun ada yang sudah sampai ke rumah sakit meninggal itu terjadi 3 tahun yang lalu," jelasnya.
Ketika musim hujan, tak hanya anak sekolah saja yang libur karena banyak warga yang menunda aktivitasnya. Maka dari itu warga sangat mendambakan jembatan dan jalan yang mempermudah mobilitas mereka.
"Mayoritas di kampung tersebut merupakan petani yang hasil buminya seperti kapol, pisang tanduk dan yang lainnya. Potensi pertanian tersebut bisa menggerakan kesejahteraan warga, namun hal itu terkendala akses.
" Hampir ratusan hektar warga menanam kapol, pisang tanduk, namun hasil penjualan tidak seimbang dengan biaya produksi, terutama biaya angkut," terangnya.