SUKABUMIUPDATE.com - Sejak munculnya rencana proyek Bukit Algoritma yang akan dibangun di Kecamatan Cikidang dan Cibadak, beberapa pihak ikut menakar sejauh mana Kabupaten Sukabumi mampu melakukan akselerasi digital lewat proyek yang mereplikasi Silicon Valley di Amerika Serikat tersebut.
Dalam webinar bertajuk "Kesiapan Digitalisasi Kabupaten Sukabumi Melalui Pembangunan Bukit Algoritma", Selasa, 25 Mei 2021 yang digelar Layanan Cerdas Indonesia, salah satu pemuda asal Kabupaten Sukabumi Dewex Sapta Anugrah mengatakan timbul beberapa keresahan dari masyarakat lokal dalam pembangunan Bukit Algoritma.
"Salah satunya karena beberapa titik di wilayah Kabupaten Sukabumi masih belum memiliki akses internet yang merata," kata Dewex.
Sementara Ketua Pelaksana PT Kiniku Bintang Raya kerja sama operasional atau KSO Budiman Sudjatmiko berujar pembangunan proyek ini akan melibatkan berbagai pihak. Ia menyebut, dukungan dari semua pihak akan mempercepat pembangunan dan mendukung akselerasi transformasi digital di Indonesia.
"Saya berharap dengan adanya pusat riset dan teknologi di Indonesia dapat membantu memenuhi supply chain perkembangan teknologi dunia," kata Budiman.
Budiman mengajak putra bangsa untuk dapat terlibat dalam pembangunan Bukit Algoritma. Dalam keterangan pers yang diterima sukabumiupdate.com, Budiman juga menyebut entrepreneur yang mendirikan start up dan mengembangkan bisnisnya di Bukit Algoritma akan didanai minimal 1 juta USD atau setara Rp 14 miliar.
Baca Juga :
Gagasan pembangunan Bukit Algoritma disambut baik Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Sukabumi Yudha Sukmagara. Ia mengatakan rencana pembangunan ini akan memberikan dampak yang baik pada percepatan transformasi digital di Indonesia dan ia berharap dalam pembangunan tersebut warga setempat dapat dilibatkan.
"Jadi masyarakat Sukabumi tidak hanya menjadi penonton," singkatnya. Webinar ini juga dihadiri dua akademisi dari Institut Teknologi Bandung, yakni Adi Indrayanto dan Budi Raharjo.
Dalam pemaparannya, Adi Indrayanto menyatakan faktor penting dalam pembangunan kawasan riset dan teknologi adalah sumber daya manusia. Pemanfaatan diaspora yang potensial merupakan salah satu langkah dalam mencapai keberhasilan pembangunan Bukit Algoritma.
Budi Raharjo mendukung pernyataan tersebut. Namun ia menambahkan bahwa pemanfaatan sumber daya manusia dapat dilakukan dengan menghimpun diaspora yang potensial serta membangun pendidikan tinggi di lingkungan tersebut sehingga dapat terciptanya ekosistem riset yang memadai.
Seperti diketahui, sejumlah perusahaan swasta akan membangun pusat pengembangan industri dan teknologi 4.0 serta sumber daya manusia di wilayah Cikidang dan Cibadak Kabupaten Sukabumi. Proyek bernama Bukit Algoritma ini akan dibangun di atas lahan seluas 888 hektare dengan dana awal senilai Rp 18 triliun.
Lahan 888 hektare tersebut mencakup tiga desa di Kecamatan Cikidang: Cicareuh, Pangkalan, dan Taman Sari. Sementara satu desa di Kecamatan Cibadak adalah Desa Neglasari.
Dua perusahaan swasta yang berencana membangun proyek tersebut adalah PT Kiniku Nusa Kreasi dan PT Bintang Raya Lokalestari. Keduanya membuat perusahaan kerja sama operasional atau KSO bernama PT Kiniku Bintang Raya, yang ketua pelaksananya diisi Budiman Sudjatmiko, politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan sekaligus Komisaris PT Perkebunan Nusantara V.
Proyek ini terbagi menjadi tiga tahap dengan masa pengerjaan tiga tahun untuk fase pertama, tiga tahun untuk fase kedua, dan lima tahun untuk fase ketiga. Pembangunan proyek pada fase pertama akan merampungkan kawasan seluas 353 hektare. Setelah selesai dibangun pada tahap pertama, Bukit Algoritma akan mulai beroperasi.
Di kawasan tersebut nantinya berdiri pusat sains, theme park, pusat kesehatan, pusat pertanian untuk makanan dan gizi, pusat kebugaran, serta plaza inovasi. Ada pula health center atau pusat kesehatan yang dibangun seperti medical city. Proyek ini disebut menjadi mimpi jangka panjang.
Untuk tahap pertama selama tiga tahun, Badan Usaha Milik Negara PT Amarta Karya menjadi mitra kepercayaan untuk membangun infrastruktur, termasuk akses jalan raya, fasilitas air bersih, pembangkit listrik, gedung konvensi, dan sejumlah fasilitas lainnya.
Satu investor asal Kanada disebut telah resmi menanamkan modalnya untuk pembangunan proyek Bukit Algoritma. Investor asal Kanada ini menginvestasikan uangnya sejumlah Rp 18 triliun untuk pembangunan fase pertama Bukit Algoritma.
Investasi awal untuk proyek Bukit Algoritma terbagi ke dalam dua jenis: klaster dan ekosistem. Dana Rp 18 triliun dari Kanada tersebut masuk untuk investasi klaster fase pertama yang akan digarap PT Amarta Karya berupa pembangunan infrastruktur. Sementara untuk investasi ekosistem telah ada dari Jerman sebesar Rp 1,4 triliun.
Berita lengkap soal Bukit Algoritma dapat dibaca di sini.