SUKABUMIUPDATE.com - Warga Kampung Ciherang, Desa Cijangkar Kecamatan Nyalindung, Kabupaten Sukabumi belum ada mendapat kepastian soal status bencana pergerakan tanah yang melanda sejak pertengahan Desember 2020 itu. Badan geologi pun diharap segera melakukan penelitian.
Sedangkan semakin hari, jumlah warga terdampak semakin bertambah. Hingga Senin (1/2/2021), warga terdampak bencana mencapai 134 Kepala Keluarga dengan jumlah jiwa 400 lebih. Dampak yang ditimbulkan dari bencana ini meluas, pada awalnya retakan tanah terpisah di beberapa titik, namun saat ini retakan tanah itu tersambung. Sejumlah yang berdiri di atas tanah bergerak pun rusak.
BACA JUGA: Gawat! Stok Sembako Pengungsi Pergerakan Tanah Ciherang Sukabumi Menipis
"Pihak Pemdes dan warga pun berharap segera adanya penelitian dari badan geologi atau orang ahli yang nantinya bisa mengarahkan kami untuk tetap masih bisa tinggal di sini atau kemungkinan harus pindah. Karena berdasarkan informasi ke pemdes getaran-getaran setiap harinya terasa oleh warga dan suara gemuruh juga terdengar jelas, ditambah lagi retakan-retakan tanah ini semakin melebar terus," kata Kepala Desa (Kades) Cijangkar Heri Suherlan.
Kini hanya langkah antisipasi saja yang bisa dilakukan pemerintah desa dan warga, seperti mengungsikan warga ke tempat aman kemudian upaya membuat saluran air yang tujuannya agar air tidak masuk ke retakan-retakan tanah.
"Pemdes baru selesai membuat drainase sepanjang 144 meter dengan jumlah hong (gorong-gorong beton) 144 biji, yang sebelumnya diusulkan oleh warga untuk menyalurkan air ke tempatnya supaya air tidak masuk ke lubang-lubang retakan tanah yang terjadi," pungkasnya.
Ingat Pesan Ibu: Wajib 5M (memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun, menghindari kerumunan dan membatasi mobilitas serta aktivitas di luar rumah). Redaksi sukabumiupdate.com mengajak seluruh pembaca untuk menerapkan protokol kesehatan Covid-19 di setiap kegiatan.