SUKABUMIUPDATE.com - Mengajar ditengah pandemi covid-19 punya tantangan tersendiri bagi para guru. Tak hanya harus mengupgrade kemampuan teknologi informasi untuk belajar daring (online), tapi juga harus punya banyak trik agar metode tersebut bisa diserap oleh peserta didik, serta harus siap mental karena tiap hari berada di dalam kelas kosong tanpa murid.
Setidaknya inilah yang diungkapkan salah satu guru di Kota Sukabumi saat harus melewati hari ke hari selama pembelajaran belum diperbolehkan tatap muka. Tim kerja lapangan STAIS sukabumiupdate.com mengunjungi SDN Cipanas di jalan Pramuka nomor 1 Kelurahan Cikondang Kecamatan Citamiang Kota Sukabumi, Selasa (19/1/2021).
Tim menemui Heris Za, guru wakil kelas 5 di SDN Cipanas. Heri masih berada di dalam ruang kelas yang tentu saja kosong karena murid-muridnya belajar di rumah, saat tim sukabumiupdate berkunjung.
Sejak 16 Maret 2020, tidak ada tawa canda murid-muridnya atau celoteh pertanyaan dari murid yang tidak mengerti. Ia merinduhkan suasana itu, sekalipun berupa kegaduhan para siswa yang selalu ditemui sehari-hari.
BACA JUGA: Dengarkan Suara Anak Indonesia! Survei: 78 Persen Pelajar Ingin Sekolah Tatap Muka
Sesuai kebijakan pemerintah pusat, guru tetap harus datang ke sekolah selama pandemi. Dari ruang kelas ini, Heri setiap pagi berusaha menyapa anak didiknya. Di kelas yang dipimpin Heri, ada 35 murid.
"Yang pasti tidak hanya saya, semua guru pun merasa kangen dengan berbagai macam karakter murid di dalam kelas," tutur Heris.
Berbekal smartphone, Heri berusaha tetap berkomunikasi dengan murid-muridnya. "Pembelajaran dimulai dari jam 07.15 hingga 12.00 WIB, di awali dengan mengisi kehadiran, kemudian penyampaian materi, pemberian materinya. Ketika ada tugas batasnya sampai pukul 1 siang agar tidak membebankan," ungkap Heris.
Haris ZA, guru SDN Cipanas Cikondang Kota Sukabumi sendirian di kelas selama Pandemi Covid-19 (foto: tim)
Heris memanfaatkan aplikasi yang sudah umum dan gratis agar sistem belajar online ini bisa diakses oleh para murid dan orang tuanya di rumah masing-masing. "Belajar daring di sekolah kami menggunakan aplikasi WA dan google meeting agar memudahkan siswa untuk mengaksesnya dan tidak berbasis biaya" sambungnya.
Ia mengakui tidak mudah metode online ini diterima, bahkan awalnya orang tua siswa banyak yang menolak karena ada beban biaya (kuota internet) dan mempersoalkan efektifitasnya. "Jelas ada resiko dengan sistem pembelajaran online atau daring ini. Sebelumnya anak anak dan orang tua menolak kegiatan daring karena kurang kondusif tetapi harus bagaimana lagi, Keinginan pasti ingin sekolah seperti biasa," ungkapnya.
BACA JUGA: Update 19/1: Cek Sebaran 35 Kasus Baru Pasien Positif Covid-19 di Kota Sukabumi
Tuntutan agar guru kreatif agar metode ini (online) berjalan selama pandemi covid-19 membuat Aris harus memutar otak. Sejumlah cara dilakukan agar pembelajaran online ini diterima dan siswa bisa tetap fokus walaupun belajar di rumah.
"Ada trik untuk anak-anak sehingga senang belajar daring. Salah satunya absensi dengan foto-foto lucu, contoh absen dengan foto mengepalkan tangan, diberi contoh oleh gurunya, besoknya foto pake pensil dengan bermacam-macam gaya seperti itulah, biar mereka tidak bosan dan tetap gembira." beber Heris.
Terakhir, Heri berharap agar pandemi ini segera berakhir dan sekolah bisa kembali normal dengan tatap muka antara guru dan murid, serta berkumpul dalam ruang kelas. "Kesehatan lebih penting, daring (online) mengurangi aktivitas penyebaran covid 19," tegasnya.
Pembelajaran daring sendiri banyak kekurangannya, mulai dari koneksi jaringan internet yang tidak merata hingga kemampuan ekonomi keluarga siswa yang berbeda-beda.
Ingat Pesan Ibu: Wajib 3M (memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun). Redaksi sukabumiupdate.com mengajak seluruh pembaca untuk menerapkan protokol kesehatan Covid-19 di setiap kegiatan.