SUKABUMIUPDATE.com - Viral di jagat media sosial Facebook dan Instagram, tiga orang warga Sukabumi terjebak di tebing Kaki Gunung Salak menuju area wisata Curug Sawer Manglid, Cidahu, Kabupaten Sukabumi, saat hujan deras dan banjir bandang pada Senin, 21 September 2020 lalu.
Dalam beberapa video singkat, nampak ketiga warga itu terjebak di sebuah bangunan di atas tebing, dikelilingi air bah. Belakangan diketahui, ketiga warga yang sempat terjebak itu adalah Muhammad Ramdan Kurnia Saputro (23 tahun), Iqbal Rizki dan Via Fauzia.
Diwawancarai langsung sukabumiupdate.com melalui sambungan telepon pada Selasa (22/9/2020) malam, Muhammad Ramdan Kurnia Saputro atau karib disapa Ramdan menceritakan langsung bagaimana ia dan dua temannya terjebak di lokasi tersebut, dan bagaimana ia bisa mengabadikan momen-momen dramatis melalui kamera ponselnya.
"Jadi awalnya kita bertiga itu ke Curug Sawer Manglid mau wisata, foto-foto dan sebagainya. Saya sendiri dari Pancawati, Cicurug. Kita berangkat jam 1 siang. Cuaca udah mulai jelek, tapi sempat cerah lagi. Kita tetap berangkat. Kita enggak ambil arah air terjun, kita ke arah sungai yang satu lagi, sebelah kiri setelah jembatan. Di situ pengunjung masih ramai," kata Ramdan.
BACA JUGA: Berendam di Curug Sawer Manglid Segarnya Bukan Main, Tempatnya di Cidahu Sukabumi
Sekitar pukul 13.30 WIB pada hari itu, Ramdan bersama Iqbal dan Via memilih untuk bermain dan berfoto-foto di aliran sungai yang masih tenang. Ramdan tak tahu nama sungainya, namun ia menduga itu adalah aliran sungai dari Curug Cangkuang, bukan aliran sungai dengan hulu Curug Sawer Manglid. Ia dan teman-temannya itu bahkan sempat makan-makan dan berbincang. Meski tak lama berselang cuaca mulai tak bersahabat.
"Tapi di situ ada yang datang lagi terakhir. Mereka sempat pinjam hammock kita juga buat foto-foto. Setelah itu mereka turun, tinggal kita bertiga di atas. Cuaca sempat gerimis. Sudah ganti baju, kita istirahat di mushola. Dari situ kita diam dulu, beli kopi, dan lihat arus air mulai deras tapi belum besar," lanjutnya.
"Lama-kelamaan, akses air, semacam tanggul itu, yang jalan mau ke curug, jebol. Jebol disana-sini. Terus air makin kesini makin gede. Dan salahnya waktu itu saya sempat ketiduran. Soalnya saya merasa akan baik-baik aja, enggak akan terjadi apa-apa. Ditambah lumayan capek dan cuaca hujan pula," kata Ramdan lagi.
BACA JUGA: Terpesona Matahari Terbit di Bumi Perkemahan TNGHS Cidahu
Setelah itu lah ketegangan dimulai. Mencelang sore hari, Ramdan melihat banjir mengelilingi tempat ia dan teman-temannya berdiam diri. Tak ingin terus berdiam diri, ia dan kedua temannya itu langsung mencari tempat tinggi yang lebih aman.
"Cari cara gimana pokoknya menyelamatkan diri. Dan yang saya takutkan juga waktu itu, tanah atau bukit tempat kita berdiri itu longsor. Kita bertiga sudah pasrah aja sambil terus naik ke bukit sambil cari jalan. Di situ kita nemu kebun, alhamdulillah. Kita cari jalan dan tembus di Camp Bravo. Ketemu pos juga, kita sempat istirahat di situ," katanya lagi.
Di Camp Bravo itu Ramdan dan teman-temannya kemudian terus berusaha mencari jalan. Hingga akhirnya ia kembali menemukan sungai dengan arus yang sama deras dan meluap. Sempat terpikir mencari jembatan penghubung Camp Bravo ke Javana Spa, namun sayang jembatan itu pun hancur.
"Jadi enggak ada jalan sama sekali. Kita sudah terjebak, enggak bisa kemana-mana lagi, cuma bisa pasrah. Sempat terpikir buat nunggu besok aja, nunggu air reda supaya bisa nyeberang. Yang bikin sedih, kita enggak punya logistik apapun, makanan enggak ada," ulasnya.
Suasana sebelum kawasan wisata Curug Manglid Cidahu, Kabupaten Sukabumi diterjang banjir bandang.
Berjam-jam menunggu, hingga pukul 18.00 WIB, Ramdan dan kedua temannya menemukan dua orang warga lokal yang sama-sama terjebak. Mereka pun sempat membuat perapian untuk menghangatkan tubuh yang basah kuyup kehujanan, sambil berbagi cerita, mencoba membuat suasana tenang.
"Jam setengah 7, saya lihat ada cahaya senter dari arah jalan ke Curug Sawer. Tapi tebingnya seberangan, jauhnya sekitar satu kilometer. Kita coba nyalakan flash handphone memberitahukan keberadaan kita. Alhamdulillah flash handphone kita kelihatan. Ternyata ada warga rombongan sekitar 20 orang menolong kita," lanjut Ramdan.
Mereka yang terjebak pun mencari jalan yang lebih aman untuk menyelamatkan diri. Tepat pukul 18.50 WIB, kata Ramdan, mulai dilakukan upaya mencari jalan. Kurang lebih satu jam mencari lokasi aman untuk menyeberang ke tebing tempat warga yang mau mengevakuasi.
"Akhirnya warga di situ nebang pohon, terus pohonnya diselipkan di antara batu melintangi sungai supaya kita bisa menyeberang. Itu satu-satunya cara supaya kita bisa selamat. Mau tak mau, meski diameter pohonnya enggak terlalu besar, meski takut, kita tetap melintas. Jarak dari pohon yang melintang ke sungai itu kurang lebih lima meter. Intinya pakai cara apapun yang penting kita bisa pulang," imbuhnya.
Ramdan mengambil gambar kedua temannya, Iqbal dan Via sesaat setelah tiba di Curug Manglid Cidahu, sebelum banjir menerjang.
Sejurus kemudian, setelah dievakuasi hingga waktu menunjukan pukul 20.00 WIB, Ramdan dan kedua temannya sempat beristirahat di pos penjagaan. Setelah itu Ramdan, Iqbal dan Via berhasil pulang ke rumah dalam keadaan utuh dan selamat.
"Saya enggak langsung pulang, nginep di rumah teman dulu di Cidahu. Eh, ternyata malah dengan kabar di Cibuntu Cicurug lagi ada banjir bandang. Kampung tempat tinggal saya dan Kampung Cibuntu itu tetanggaan. Ini benar-benar pengalaman yang enggak akan pernah saya lupakan," ungkapnya.
"Pesan saya, kalau memang punya jiwa traveller, ke tempat wisata, terutama air terjun, kita harus cek situasi sebelum berangkat. Perhatikan tanda-tanda alam. Jangan diam di lokasi saat hujan. Pesan dari warga sana, ketika air sungai udah keruh, jangan berada di dekat situ. Kemudian, jaga diri, jangan sompral, jaga alam sekitar kita. Kita jaga alam, alam akan jaga kita. Jangan tunggu alam marah," tandasnya berpesan.