SUKABUMIUPDATE.com - Kapal Riset (KR) Baruna Jaya milik Badan Pengkajian Dan Penerapan Teknologi (BPPT) sedang melakukan pementaan kabel bawah laut untuk Tsunami di perairan selatan Jawa hingga Sumatera.
"Saya informasikan kepada masyarakat, bahwa kapal ini sedang dalam pemetaan (pemasangan) kabel bawah laut untuk tsunami. Jadi dari mulai selatan Jawa sampai Sumatera. Itu yang lagi kita kerjakan sekang. Tahun 2020 (kabel bawah laut) baru dipasang. Tahun ini kita mencari jalur lewat mana, kondisi lautnya seperti apa, kemudian berapa panjang kabel yang diperlukan," ujar Kepala Balai Teknologi Survei Kelautan BPPT, M. Ilyas, usai bertemu dengan keluarga nelayan Cisolok korban tabrakan perahu dengan Kapal Riset Baruna Jaya, di mako Pol Air Polres Sukabumi, Minggu (3/11/2019).
BACA JUGA: Kapal Riset Baruna Jaya Tabrak Perahu Congkreng, Nelayan Cisolok Sukabumi Hilang
Namun, saat melaksanakan tugas ini Kapal Riset Baruna Jaya BPPT mengalami musibah karena bertabrakan dengan perahu congkreng di selatan Pantai Sawarna, Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, Sabtu (2/11/2019). Saat itu di atas perahu ada tiga orang, Andi (33 tahun), Nurdin (40 tahun) dan Amit (50 tahun) yang merupakan Nelayan Cisolok, Kabupaten Sukabumi. Andi dan Nurdin selamat, sedangkan Amit hingga kini masih dalam pencarian.
Menurut Ilyas, kecelakaan laut yang dialami Kapal Riset Baruna Jaya dengan perahu nelayan baru pertama terjadi. "Ini baru pertama (terjadi). (Selama) 30 tahun baru terjadi insiden. Kita selalu mengingatkan kapten (kapal) supaya hati-hati jangan sampai terjadi masalah dengan nelayan," jelasnya.
BACA JUGA: Ini Kompensasi bagi Keluarga Korban Tabrakan KR Baruna Jaya dengan Perahu Nelayan Sukabumi
Pihak BPPT ingin ada solusi secepatnya dan tak ingin melihat siapa yang salah dan siapa yang benar. Maka dari itu, BPPT bertanggung jawab dengan kejadian tabrakan Kapal Riset Baruna Jaya dengan memberikan kompensasi diantaranya mengganti perahu yang hancur juga memberikan trauma healing kepada korban.
"Misalnya kapalnya, kami akan mencoba mencarikan solusi bagaimana kapalnya itu diganti. Karena kapal itu (alat) mata pencarian mereka (nelayan). Terus yang kedua, yang kena trauma (dengan kejadian tabrakan) kemarin tidak akan melaut dulu sehingga kita akan memberikan trauma healing," jelasnya.