SUKABUMIUPDATE.com - Aas Salamah (58 tahun) begitu berharap anaknya, EM (32 tahun) yang berada di Riyadh Arab Saudi untuk segera pulang ke kampung halamannya di Jalan Pemuda I Gang Sumberjaya RT 06/05, Citamiang, Kota Sukabumi.
Aas ini begitu membutuhkan EM, anak pertamanya itu. Sebab Aas kini sakit stroke dan menderita gula darah sejak dua bulan terakhir. Di rumahnya, Aas hanya tinggal bersama adik EM. Sedangkan suaminya sudah meninggal.
BACA JUGA: Perempuan Sukabumi Korban TPPO? Nekat ke Arab Karena Gaji Guru Honorer Kecil
"Suami saya sudah meninggal dan saya sekarang hanya tinggal bersama adiknya teh EM itu. Jadi, saya meminta EM untuk segera pulang agar dapat membantu mengurus saya," ujar Aas kepada sukabumiupdate.com, Jumat (11/10/2019).
EM yang dipanggil teteh oleh Aas ini seorang sarjana pendidikan matematika lulusan sebuah Perguruan Tinggi Negeri di Bandung. Em pernah mengadu nasib menjadi guru, namun karena berstatus honorer dengan gaji minim akhirnya memutuskan berangkat ke luar negeri.
BACA JUGA: Perempuan Asal Kabupaten Sukabumi Meninggal di Penampungan Al Mahara
EM menikah pada Maret 2016 namun pernikahannya itu kandas. Sebelum kerja di Riyadh, EM juga pernah menjadi pengasuh anak di Turki. "Tahun 2017 juga pernah kerja ke Turki menjadi pengasuh anak. Tidak lama, paling empat bulan," ujar Aas.
Aas mengungkapkan, terakhir berkomunikasi dengan EM pada Rabu kemarin. Aas mengaku EM tidak pernah mengeluh mendapat perlakuan yang tidak baik selama berada di Riyadh. "Alhamdulillah si teteh baik-baik saja sih tidak pernah mengeluh. Intinya ingin pulang itu ya karena saya aja yang minta," pungkas Aas.
Sementara itu, tetangga, Rahmat mengatakan tujuan EM berangkat ke Riyad Arab Saudi tak jelas karena menggunakan visa wisata. Rahmat yang juga pernah menjadi TKI di Riyadh menyebut, hal itu yang menjadi awal mula EM terjerat masalah. Dari pengalamannya, visa kerja ke Arab Saudi itu mahal sekitar Rp 60 juta dan Riyadh itu ketat karena Ibukota.
"Posisi EM di sana tidak memadai untuk secepatnya pulang. Selain soal visa, yang jadi tanda tanya apa di sana sudah kontrak atau gimana, kenapa susah pulang? Dan soal ketidaksesuaian pekerjaan yang diterima EM, memang para mediator jasa (perekrut tenaga kerja ke luar negeri) itu banyak modus untuk menggaet calon pekerja dengan mengiming-imingi," tegas Rahmat.
BACA JUGA: Jenazah TKW Surade Bisa Dipulangkan, SBMI Minta Keluarga Buat Surat Kuasa Pendampingan
Sebelumnya EM, terindikasi menjadi korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) di Arab Saudi. Ketua DPC Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) Sukabumi Jejen Nurjanah menyatakan, EM sudah berada di KBRI dan menunggu pulang.
"Sekarang yang bersangkutan telah berhasil dievakuasi dan sudah berada di KBRI Arab Saudi untuk menunggu dipulangkan," ujar jejen, Selasa (8/10/2019).
BACA JUGA: Depresi, TKW Asal Cireunghas Sukabumi Dipulangkan dari Arab Saudi
Jejen menyatakan EM berangkat menjadi TKI tanpa melalui jalur resmi dan EM pun menjadi korban TPPO.
"Kejadian ini sudah mengarah kepada TPPO dan EM pun menjadi TKI ilegal. Kenapa saya mengatakan demikian, karena ada beberapa hal yang masuk kategori itu. Pertama, EM diiming-imingi bekerja di rumah sakit dengan gaji besar, ternyata itu tidak terjadi. Kedua, visa keberangkatan EM pun adalah visa dengan massa 90 hari, artinya itu visa kunjungan wisata. Ketiga, ada bentuk eksploitasi yang dialami EM, berupa dicubit, diludahi dan dimarahi," papar Jejen.