SUKABUMIUPDATE.com - Kristiawan Saputra, Founder Sahabat Kriatiawan Peduli (SKP) menegaskan Hamid (48 tahun) pria tunanetra pemecah batu asal Kampung Cikaracak RT 48/08 Desa Pulosari, Kecamatan Kalapanunggal, Kabupaten Sukabumi, bukan pencari iba.
Hal itu menyusul statemen Camat Kalapanunggal, Arif Solihin dalam berita sukabumiupdate.com hari Sabtu, 17 Agustus 2019 yang menyebutkan bahwa Hamid berprofesi pemecah batu agar mendapat iba dari masyarakat.
BACA JUGA: Soal Tunanetra Pemecah Batu di Kalapanunggal, Camat: Sengaja Cari Iba
Menurut Kristiawan, seorang tunanetra yang haus akan iba masyarakat akan lebih memilih untuk jadi pengemis. Jangankan tunanetra, perilaku semacam itupun bisa dilakukan oleh orang normal yang bukan tunanetra.
"Kalau orang yang cari iba itu minta-minta. Beda sama Pak Hamid, dia rela mempertaruhkan keselamatannya supaya tidak minta-minta. Bahkan kemarin saja, saat saya berkunjung ke tempatnya, harga batunya ditawar tapi Pak Hamid dengan ikhlas mengiyakan," kata Kristiawan saat dihubungi sukabumiupdate.com, Sabtu (17/8/2019), melalui pesan singkat.
Ia menilai, pemerintah harus jeli jika ingin Hamid alih profesi. Tidak bisa dipaksa dengan memberi modal begitu saja tanpa banyak perhitungan.
"Harus banyak yang diperhitungkan. Seperti lokasinya, manajemennya dan target pasarnya. Apa ngasih bantuan itu udah hasil assessment gak? Potensi berjualan itu akan menguntungkan atau sekedar ngasih begitu saja," sindirnya.
BACA JUGA: Pria Tunanetra Pikul Batu Naik Turun Lembah di Kalapanunggal Sukabumi
Kristiawab mengatakan, Hamid sudah sangat paham dengan batu yang berada di sungai itu. Dapat dibuktikan dengan cara memecahkan batunya, sangat diperhitungkan. Jadi Kristiawan berpendapat Hamid bukanlah seorang pencari iba atau belas kasihan seperti yang dituduhkan.
"Kemarin saya lihat dia memecahkan batu, itu sangat diperhitungkan. Dan pada saat itu kebetulan ada yang beli. Menilai batu yang dipecahkan Hamid itu seperti dipecahkan oleh mesin, sangat rapi," tutupnya.