SUKABUMIUPDATE.com - Tes ledakan yang dilakukan PT Tambang Semen Sukabumi (TSS) untuk membuktikan sejauh mana dampak ledakan diprotes warga. Warga menganggap, ledakan di area tambang PT TSS pada tes tersebut berbeda dari ledakan-ledakan sebelumnya.
Tes ledakan dilakukan Senin (12/8/2019) sekira pukul 13.15 WIB siang ini dikawal pihak kepolisian dan menurunkan ahli serta alat deteksi getaran.
BACA JUGA: Diprotes Bikin Rusak Rumah , Polisi Akan Tes Ledakan di Tambang Semen Sukabumi
"Ledakan ini pelan, tidak ada apa-apanya dengan ledakan yang sebelumnya," kata Budi Setiabudi (42 Tahun) warga Kampung Leuwidinding, Desa Tanjungsari, Kecamatan Jampang Tengah, kepada sukabumiupdate.com, Senin (12/8/2019).
Bahkan, warga menganggap tes ledakan tersebut bohong.
"Saya asli warga sini dan saya yang merasakan semuanya dan saya salah satunya yang terkena dampak. Tes ini Bohong," ujar tokoh masyarakat Kampung Leuwidinding, Ustad Abdul Majid.
Sementara itu, Kapolres Sukabumi AKBP Nasriadi mengaku mendengar dan merasakan getaran dari tes ledakan tersebut. Namun, kata Nasriadi, ada beberapa masyarakat yang mengatakan bahwa ledakan tersebut tidak seperti biasanya atau lebih pelan.
BACA JUGA: Imbas Ledakan di Tambang Semen Sukabumi, Dak Beton Rumah Warga Leuwidinding Retak
"Saya sendiri mendengar dan merasakannya, memang tidak begitu kencang dan tidak ada efek dari getarannya," ujar Nasriadi.
Untuk itu, pihak kepolisian akan mengecek hal yang berkaitan dengan aktivitas tambang dengan peledakan atau blasting itu mulai dari penggunaan bahan peledaknya, kemudian mengecek titik ledakan. Polisi dalam hal ini dibantu DLH dari Kabupaten dan Provinsi. Dari pengecekan tersebut akan terlihat sejauh mana dampak ledakan tersebut.
"Apabila itu dapat berbahaya kita akan evaluasi atau kita akan memberikam izin penggunaan bahan peledak (handak) yang volumenya dibatasi. Tidak hanya mengejar produksi tetapi berdampak terhadap masyarakat, kita juga harus menyayangi masyarakat dan lingkungan," pungkasnya.