SUKABUMIUPDATE.com - Duka mendalam dirasakan Utang (53 tahun) dan Eti (47 tahun), orang tua dari Irma Marina (17 tahun), pelajar MAN 3 Sukabumi yang menjadi korban tewas dalam kecelakaan bus, di Jalan Waluran-Jampang Kulon, tepatnya di Desa Sukamukti, Kecamatan Waluran, Minggu (21/4/2019).
Jenazah Irma Marina tiba di rumah duka, di Kampung Bojongloa RT 01/06, Desa Jagamukti, Kecamatan Surade Minggu pukul 10.00 WIB. Kedatangan jenazah disambut isak tangis keluarga serta sahabatnya. Jenazah Irma dimakamkan Minggu siang di Pemakaman badak putih tak jauh dari kediaman orang tuanya.
BACA JUGA: Sempat Kabur, Sopir Bus Maut yang Mengalami Kecelakaan di Waluran Sukabumi Ditangkap
Irma berpamitan kepada ayahnya Utang dan ibunya, Eti, pada Jumat (19/4/2019) sore untuk ikut study tour bersama sekolahnya ke Bandung. Utang saat itu tidak mengizinkan namun, dia dan Eti mengaku sangat berat melepaskan kepergian anaknya saat itu.
"Saya sempat mengantar anak saya ke sekolah, saat itu. Namun entah kenapa feeling saya merasa ada yang tidak beres. Bahkan pada minggu dini hari sekitar jam 02.00 WIB saya belum tidur dan gelisah hingga pada pukul 04.00 WIB saya menerima telepon bahwa bus yang ditumpangi mengalami kecelakaan," ungkap Utang.
BACA JUGA: Ini Identitas Korban Tewas Kecelakaan Maut Bus Rombongan Pelajar MAN 3 Sukabumi
Setelah menerima kabar, Utang dan Eti langsung menuju TKP dan melihat bus yang ditumpangi anaknya menabrak sebuah pohon besar. Bahkan saat itu, Utang masih melihat Irma berada di jok penumpang.
"Setelah sampai, saya langsung melihat kondisi anak saya yang berada dikursi baris kelima, tepat disampingnya pohon yang membelah bus itu. Namun kondisi anak saya saat itu sudah tidak bernyawa bersama teman satu bangkunya. Tubuh anak saya terjepit bagian kendaraan," ungkap Utang.
BACA JUGA: Kapolres: Kecelakaan Maut di Waluran, Sopir Bus Studi Tour MAN 3 Sukabumi Mengantuk
Utang yang mendapati anaknya sudah tak bernyawa, tak langsung memberitahukan kepada Eti. Ia berinisiatif mencari bantuan untuk mengeluarkan Jenajah anaknya dari himpitan pohon dan badan bus.
"Saya memanggil tukang las, setelah 2 jam anak saya masih belum dievakuasi. Lalu dengan bantuan alat gerinda, saya melihat sendiri potongan besi yang menghimpit anak saya di patahkan satu persatu," lirihnya.
BACA JUGA: Bus Pariwisata Rombongan Siswa MAN Kecelakaan di Waluran, Korban Terjepit
Utang mengaku berusaha tegar untuk menguatkan istrinya yang saat itu masih belum mengetahui anaknya meninggal. Sampai proses evakuasi selesai, dan jenazah anaknya dibawa ke rumah sakit, barulah Utang menceritakan kondisi anaknya pada Eti.
"Istri saya saat itu pingsan, kami sangat kehilangan apalagi s ibungsu ini masih tinggal bersama kami dan sangat dekat dengan ibunya, namun kami sudah bisa menerima ini sebagai takdir yang tidak bisa dihindari," pungkasnya.