SUKABUMIUPDATE.com - Longsor tebing bukit makam Astana Gunung di Kampung Nyalindung 02/04, Kelurahan Cicurug, Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi pada Kamis (10/1/2019) sore menyisakan luka mendalam. Bukit yang tengah ditata para pekerja proyek double track kereta api Sukabumi-Bogor itu longsor menimpa lima orang anak yang berada di sekitar lokasi.
Satu anak, Muhamad Rifki (10 tahun) meninggal dunia. Saat itu, Rifki sedang bermain bersama lima orang temannya, Hilman (7 tahun), Mahesa (6 tahun), Rizki (10 tahun), Fadil (9 tahun) dan Adira (10 tahun).
Rifki adalah putra kedua dari pasangan Heri Supriatna (41 tahun) dan Nurhayati (37 tahun), warga Kampung Pakemitan RT 01/04 Kelurahan Cicurug, Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi.
Sebelum Rifki meninggal dunia, sang ayah, Heri Supriatna mengaku mendapat semacam pertanda. Heri mengulas, pada Kamis pagi, tak seperti biasanya, ia sempat memandikan anaknya itu. Heri merasa lebih dekat dengan Rifki.
"Anak saya itu memang sering di sana, di lokasi proyek double track. Terus sebelumnya, dia itu seperti enggak mau lepas dari saya," ungkap Heri kepada sukabumiupdate.com, Jumat (11/1/2018), usai memakamkan anaknya.
Pertanda lainnya, masih kata Heri, Rifki tiba-tiba minta dibelikan mainan back hoe. Entah kenapa, kata Heri, anaknya jadi senang melihat back hoe. Heri pun menyanggupi dan akan membelikan mainan tersebut.
BACA JUGA: Anak Tewas Tertimbun Longsor, Bagaimana Sistem Keamanan Proyek Double Track?
"Hari Rabu, kan saya ada di rumah. Anak saya itu minta dibelikan mainan back hoe. Anak saya senang luar biasa sama back hoe. Saya bilang, iya nanti mau dibelikan," lanjut Heri.
Diberitakan sebelumnya, Rifki dimakamkan di TPU Pojok Hanjuang, Desa Nanggerang, Kecamatan Cicurug yang berjarak kurang lebih dua kilometer dari kediamannya. Prosesi pemakaman dihadiri Direktur Keselamatan Perkeretaapian Edi Nur Salam, perwakilan PT Bogowonto Jaya Perkasa selaku perusahaan pelaksana proyek double track, serta Unsur Muspika Cicurug.