SUKABUMIUPDATE.com - Tsunami yang menerjang Selat Sunda menyisakan kerusakan yang begitu besar, ratusan korban tewas dan ribuan orang mengungsi. Daerah yang terdampak tsunami adalah kawasan Pantai Pandeglang dan Pantai Kabupaten Serang Provinsi Banten. Kemudian di Provinsi Lampung, meliputi Kabupaten Lampung Selatan, Tanggamanus dan Pesawaran. Pandeglang, Provinsi Banten, terkena dampak paling parah tsunami Selat Sunda.
Dibalik peristiwa ini, ada cerita 16 korban selamat tsunami asal Sukabumi. Rencana liburan selama tiga hari di Pantai Carita, keluarga besar asal Kampung Bojongpari, Desa Pondokasotengah, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi berubah menjadi mencekam saat tsunami menerjang penginapan yang disewa Deni Wahid (30 tahun) beserta 15 anggota keluarganya, Sabtu (22/12/2018) malam itu.
Sebelum kejadian itu, Deni yang saat itu tengah berlibur bersama orang tua, istri, anak dan keluarganya berada di penginapan yang hanya berjarak 10 meter ke bibir pantai.
Dalam suana tenang dan bulan bersinar terang tiba-tiba ombak setinggi 2 meter menghantam pagar penginapan yang berjarak 6 meter dari teras penginapan.
Deni malah penasaran ingin melihat ombak yang tiba-tiba naik. Dia lantas menghampiri pinggir pantai dan melihat air surut tersedot lautan dengan cepat.
Kemudian ada warga setempat yang membawa pancing, Deni pun berbincang sesaat dengan warga tersebut yang mengatakan kalau ombaknya tidak biasa.
Deni pun tak curiga bahwa surutnya ombak ini pertanda terjadi bencana besar. Dia sempat balik kembali ke penginapan untuk mengambil rokok lalu berniat kembali ke dekat pagar dibibir pantai lalu terngengar suara gemuruh disertai suara-suara patahan. Ternyata ombak yang begitu tinggi menerjang beruntung terhalang pagar penginapan dan memberikan kesempatan keluarga ini untuk menyelamatkan diri.
Suasana pun mencekam, Deni dan keluarganya panik berlarian menuju tiga mobil yang terparkir di depan penginapan.
BACA JUGA: Warga Sukabumi Korban Tsunami, Terombang-ambing di Air dan Lihat Percikan Lava Anak Krakatau
Ketika mobil keluar dari parkiran penginapan ternyata jalanan macet tapi kendaraan masih tetap melaju mencari daerah yang tinggi. Dalam kondisi itu, mobil yang dikendarai Deni terpisah dengan dua mobil lainnya yang sudah duluan jalan. Beruntung tiga mobil lengkap dengan seluruh keluarga bertemu di sebuah bukit bernama dangdeur, tanpa disadari jarak penginapan dengan bukit tersebut hampir 20 km. Dibukit itu tidak hanya keluarganya saja, tapi ada banyak pengungsi lainnya.
Deni mengungkapkan, ingin kembali ke penginapan untuk mengambil barang - barangnya, namun warga lain mencegah dan kembali ke penginapan. Besoknya, Minggu (23/12/2018) Deni kembali ke penginapan dan barang-barang masih aman. Suasana penginapa saat itu kursi dan meja terguling dan banyak puing-puing. Sepanjang jalan menuju penginapan, yang dilihat kerusakan dimana-mana dan banyak orang yang terluka di evakuasi.
"Beruntung kami dapat selamat dari Tsunami Banten, semoga korban mendapatkan tempat yang layak disisinya dan keluarga yang ditinggalkan dapat diberi ketabahan," pungkasnya.