SUKABUMIUPDATE.com - Satu keluarga yang menjadi korban gempa Palu telah pulang ke kampung halamannya, Kampung Citengah, Desa Sukamulya, Kecamatan Cikembar, Kabupaten Sukabumi.
Keluarga korban bencana gempa Palu ini terdiri dari pasangan suami istri Abdurohman (43 tahun) dan Ratna Dewi (40 tahun) kemudian tiga anaknya Irnawati (19 tahun), Rismawati (14 tahun) dan Riswan (10 tahun) lalu menantu Iksal (20 tahun) dan seorang cucu Muhamad Faris Maulana yang berusia 3 bulan.
Mereka bisa pulang setelah berhari-hari tinggal di gunung demi keselamatan diri. Berkat pertolongan dari relawan, keluarga ini terus mendapat petunjuk untuk proses evakuasi, terbang dengan pesawat Hercules dari Palu ke Makassar kemudian ke Jakarta dan tiba di Sukabumi pada Selasa (9/10/2018) dinihari.
Abdurohman dan keluarganya beruntung bisa selamat dan berkumpul. Namun nasib berbeda dialami adik Abdurohman, Maman Sulaeman (33 tahun) yang hingga kini masih dinyatakan hilang.
BACA JUGA: Kisah Selvi, Wanita Asal Sukabumi Mencari Ibu dan Adiknya yang Sempat Terpisah Akibat Gempa Palu
Saat gempa yang terjadi pada Jumat (28/9/2018) itu, Maman sedang berjualan sandal di daerah pantai Palu tempat acara Festival Palu Nomoni. Pantai yang menjadi salah satu titik kerusakan setelah gempa dan tsunami menghempas.
Abdurohman yang akrab disapa Oman ini mengungkap hari itu dia seperti biasa menjalankan usahanya berjualan sandal. Sekitar pukul 14.00 WIB, dia merasakan gempa besar yang merupakan gempa pertama berkekuatan 6 magnitudo.
Setelah diguncang gempa pertama itu, Abdurohman tak dapat menghubungi keluarganya yang saat itu berada di rumah di Jalan Soekarno Hatta, Kelurahan Talise, Kecamatan Talise, Kota Palu. Komunikasi sama sekali terputus.
Dirinya kemudian memutuskan untuk pergi ke pantai Palu tempat acara Festival Palu Nomoni. Di pantai itu adiknya, Maman berada.
BACA JUGA: Tiba di Kampung Halaman, Korban Bencana Palu Asal Kota Sukabumi Diberi Usaha Warung
Tapi di tengah perjalanan menuju ke pantai gempa kedua yang lebih besar yaitu berkekuatan 7,4 magnitudo mengguncang sekitar pukul 17.00 WIB, gempa itu menimbulkan tsunami yang menghempas pantai Palu.
Usai kejadian gempa itu, Abdurohman memutuskan untuk pulang ke rumahnya yang berada di Jalan Soekarno Hatta, Kelurahan Talise, Kecamatan Talise, Kota Palu. Di rumah istri, anak dan cucunya ada namun tidak dengan menantu Iksal (20 tahun). Karena Iksal berada di Kabupaten Sigi untuk berjualan sandal juga.
"Pas kejadian gempa yang saya ingat itu menantu karena dia pergi berjualan sandal ke Kabupaten Sigi. Sementara anak, istri dan cucu saya sudah bersama saya," ungkap Oman kepada sukabumiupdate.com, Selasa (9/10/2018).
Ditengah rasa cemas, beberapa jam kemudian Iksla, menantunya datang dengan selamat. Namun, nahas tak ada kabar dari sang adik, Maman. Hingga keesokan harinya, Oman bersama menantunya membantu evakuasi mayat yang bergelimpangan di jalan.
BACA JUGA: Pemkot dan Polres Sukabumi Kota Menjemput Satu Keluarga Korban Gempa Palu
Satu per satu Oman membuka kantong mayat, berharap menemukan Maman. Kendati demikian ada keyakinan Oman, bahwa Maman masih hidup.
"Hari pertama dan kedua saya membantu tim relawan mengangkut mayat dan membuka satu-satu kantong mayat untuk mencari Maman, namun tidak kunjung ditemukan," lirihnya.
Maman sudah berkeluarga dan memiliki seorang anak sedangkan istrinya berasal dari Madura. Adapun rumah Maman dan Oman saling berdekatan.
Oman mengungkapkan, mertua Maman datang berkunjung ke Palu. Lalu sebulan sebelum kejadian gempa dan tsunami, mertua, anak dan istrinya pulang ke Madura.
BACA JUGA: Orang Tua di Cikembar Sukabumi Ini Menunggu Tiga Anaknya Pulang dari Palu
Oman tak putus asa mencari keberadaan Maman. Hingga tiga hari pasca gempa dan tsunami meladan, Andri (22 tahun) adik kedua Oman datang dari Kota Parigi untuk mencari Maman.
Disisi lain Oman pun harus mementingkan keselamatan keluarganya, hingga dia memutuskan pulang ke Sukabumi.
"Hingga akhirnya, istri saya pengen pulang karena takut cucu terkena serangan penyakit pasca gempa," ucapnya.
Namun Andri, adiknya memilih tidak pulang dan tetap tinggal di Palu untuk mencari Maman, saudaranya.