SUKABUMIUPDATE.com - Fenomena likuifaksi yang menyebabkan banyak korban jiwa di Kota Palu dan Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, disebut juga berpotensi terjadi di Sukabumi. Masyarakat dihimbau waspada, terlebih Kabupaten Sukabumi termasuk salah satu wilayah rawan gempa dan tsunami.
Seperti yang diungkapkan Kepala Seksi Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi, Eka Widiaman. Potensi likuifaksi berada di wilayah Bojonglopang, Kecamatan Jampangtengah, Kabupaten Sukabumi.
"Korban di Palu, yang banyak bukan hanya disebabkan gempa dan tsunami. Tapi juga karena likuifaksi. Lumpur, gerakan tanah yang muncul karena patahan gempa. Di Sukabumi juga sama, ada potensi," ujar Eka ditemui sukabumiupdate.com di ruang kerjanya, Jumat (5/10/2018).
BACA JUGA: BPBD Masih Menunggu Data dari BNPB soal Korban Gempa Palu Asal Sukabumi
Eka menambahkan, terdapat area di wilayah Bojonglopang yang kontur dalam tanahnya berupa batuan zeolit, dan gamping atau kapur. Kata Eka, batuan tersebut memiliki sifat mudah larut dalam air.
Dalam kondisi curah hujan yang tinggi, lanjut Eka, aliran air bisa membentuk rongga di dalam tanah. Lama-kelamaan, dalam waktu bertahun-tahun, membentuk lumpur dengan volume yang sangat banyak.
Kata Eka, potensi terjadinya Likuifaksi juga lebih tinggi karena Bojonglopang berada di area lintasan Lempeng atau Patahan Cimandiri.
BACA JUGA: Orang Tua di Cikembar Sukabumi Ini Menunggu Tiga Anaknya Pulang dari Palu
"Bukan tidak mungkin, suatu saat jika terjadi gempa, bisa terjadi seperti di Palu," tutur Eka.
Seperti diketahui, Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu wilayah rawan gempa. Tidak hanya tektonik, juga ada potensi gempa vulkanik dengan keberadaan dua gunung api aktif.
Pada Januari 2018 lalu, Kabupaten Sukabumi menjadi salah satu wilayah terdampak gempa yang berpusat di Lebak, Banten. Sekitar 4.000 rumah rusak. 500 unit diantaranya mengalami rusak berat.
BACA JUGA: Warga Cikembar Sukabumi Dinyatakan Hilang di Palu, Keluarga Gelar Doa Bersama
Eka mengingatkan, potensi bencana tersebut bukan harus disikapi dengan kepanikan. Masyarakat harus selalu siap, agar jumlah korban bisa ditekan ketika terjadi bencana.
"Sukabumi rawan gempa, dan suatu saat bisa terjadi meski kekuatan dan kapan waktunya tidak bisa ditentukan. Kita harus bisa hidup berdampingan dengan alam," tutur Eka.