SUKABUMIUPDATE.com - Viralnya kasus Nining, warga Kadudampit Kabupaten Sukabumi yang hilang dan ditemukan kembali setelah 1,5 tahun, memberi angin segar bagi warga Kampung Panaruban, Desa/Kecamatan Pabuaran. Sama sama berada di Kabupaten Sukabumi, warga Panaruban berharap keajaiban mebawa kembali Hipludin, yang hilang usai nonton bareng Film Pemberontakan Gerakan September PKI (Partai Komunis Indonesia).
Kisah ini berawal di suatu bulan di tahun 1984, warga berkumpul di Lapangan Puncak Tugu Pabuaran untuk nonton bareng perdana pemutaran Film G 30S PKI. Saat itu Hipludin berusia belasan tahun atau baru duduk di bangku kelas 5 sekolah dasar.
“Seingat saya nonton pertama kali putar Film PKI di Puncak Tugu. Saya nonton bersama kelima adik saya termasuk Hipludin,” jelas sang kakak, Said (65) kepada sukabumiupdate.com, Rabu (4/7/2018).
BACA JUGA: Hilang 18 Bulan di Palabuhanratu, Dokter Kejiwaan : Nining Alami Depresi Berat
Film yang disutradarai Arifin C Noer ini, ternyata berdampak serius pada psikologis Hipludin. Menurut sang kakak, usai nonton film pembantaian terhadap para Pahlawan Revolusi tersebut, Hipludin yang biasa dipanggil Hihip ketakutan.
"Sehabis pulang dari nonton Film PKI di lapangan, Hihip terus-terusan berulang kali mengucapkan Istigfar. Dia sangat ketakutan dan gelisah," lanjut Said.
Ia berulang kali berusaha menenangkan Hihip, namun kondisi adiknya ini semakin shock. Malam itu Hihip mengaku tak bisa tidur, karena saat memejamkan mata selalu terbayang adegan kekerasan dan pembunuhan yang ada di film G 30 S PKI.
"Karena mengantuk akhirnya saya tertidur sekitar pukul 02.00 WIB. Tanpa curiga apa pun setelah solat subuh saya pergi ke sawah bersama istri saya," sambung Said.
Hihip anak ke 11 dari 12 bersaudara ini tinggal bersama Said, kakak tertuanya sepeninggal ayahanda tercintanya, meski rumah ibunya pun tak terlalu jauh. Sepulang dari sawah sekitar pukul 10.00 WIB, Said heran karena makanan yang disiapkan untuk Hihip masih utuh tersaji di dapur gubuk mereka.
"Setelah saya cari dirumah tidak ada, saya kemudian memutari kampung menanyakan kepada tetangga barang kali ada yang melihat,” ungkap Said lirih.
BACA JUGA: Cerita Tetangga Soal Nining Ditemukan Hidup Usai 18 Bulan Hilang di Palabuhanratu
Ternyata sejumlah warga sempat bertemu Hihip sebelum menghilang, salah satunya mang Sarip tetangga mereka. Menjelang subuh, sekitar pukul 04.00 WIB, Hihip dipergoki mang Sarip tengah berada di masjid di kampungnya dan terlihat sangat ketakutan.
Hihip dikenal sebagai sosok anak yang bersahaja, cerdas, dan memiliki suara merdu karena menjadi muadzin di Kampung Panaruban. “Saat disapa oleh mang Sarip, Hihip malah makin ketakutan melombak keluar melalui jendela masjid dan menghilang sampai saat ini, sudah 34 tahun,” jelas Said.
Besoknya, hampir seluruh Desa Pabuaran heboh, banyak warga ikut membantu mencari Hihip. Menyusuri hutan dan gunung dan sungai sekitar kampung hingga keliling desa.
BACA JUGA: Setelah 18 Bulan, Keluarga Nining Baru Tahu Hasil Tes DNA Penemuan Jasad Misterius di Cisolok
Hari kedua pencarian, seorang warga kampung bernama Uki menemukan sepasang sendal dan sarung batik di jalan arah masuk hutan tak jauh dari kampung Panaruban. “Saya cek, benar itu sandal jepit dan sarung punya Hihip. Anehnya sarung dan sandal itu ditemukan berjejer rapi,kayak orang lepas sandal mau masuk rumah,” lanjut Said.
Selama tiga tahun, keluarga mengaku tak henti melakukan pencarian, hampir setiap dukun, orang pintar hingga tokoh agama didatangi untuk membantu menemukan Hihip. "Kasian Ibu saya, sejak Hihip hilang langsung sakit sakitan hingga sekarang tergeletak tak berdaya, usianya sudah hampir 90 tahun," sambungnya.
BACA JUGA: Soal Nining, Kapolres Sukabumi Kota Minta Jangan Banyak Berspekulasi
Hipludin alias Hihip yang hilang 34 tahun lalu diperkirakan saat ini berusia 48 tahun, dengan ciri khas ada tahi lalat di hidung sebelah kiri. "Kami yakin Hihip masih Hidup, karena dia anak pintar dan dari semua orang pintar yang saya datangi pun mengatakan Hihip masih hidup namun entah dimana. Pulanglah Hip, kasihan Ibu sakit dan menunggu disini," pungkas Sa'id sambil mengusap air matanya.
Kisah Hihip dan keterangan sang sakak Said ini, dibenarkan Haji Sarja (65), tokoh masyarakat setempat sekaligus Imam Masjid di Kampung Panaruban, Desa Pabuaran, Kecamatan Pabuaran. "Kejadian itu benar adanya, bahkan saya ikut mencari Hiphip. Saya juga melihat Hihip di masjid seperti ketakutan, dan saat saya dan yang lain memasuk masjid, ia kabur dan menghilang hingga kini," ungkapnya.