SUKABUMIUPDATE.com - sudah tiga hari berlalu, trauma gempa berkekuatan 5.5--parameter update 5.3 magnitudo--, masih 'menghantui' keluarga Puloh (45 tahun). Dia adalah satu dari empat warga Kabupaten Sukabumi Jawa Barat yang terdampak gempa di laut Bayah yang getarannya terasa kuat di Sukabumi bahkan menjalar ke sebagai besar Jawa Barat, DKI Jakarta, hingga Lampung, pada Minggu 9 September 2022 pukul 17.02 WIB lalu.
Data sementara dari Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops) BPBD Kabupaten Sukabumi, mencatat tiga rumah di Kecamatan Nagrak, dan satu rumah di Kecamatan Tegalbuleud, rusak akibat gempa tersebut.
P2BK Nagrak, Miki menjelaskan dua rumah rusak sedang di Kampung Cimande RT 02/06 Desa Kalaparea Kecamatan milik keluarga Ence Mulyadi dan Sama. Satu rumah lainnya di Kampung Hegarmanah RT 03/04 Desa Girijaya rusak berat, dihuni oleh Puloh dan keluarganya.
Akibat gempa, Puloh kini tinggal dengan rasa was-was. Rumah gubuknya harus ditopang dengan bambu agar tidak rubuh.
Gempa merusak riang-tiang lapuk rumah keluarga Puloh. Mereka selama ini memang tinggal di bangunan yang masuk kategori tidak layak huni. Goyangan gempa cukup kuat Minggu malam, merusak tiang bambu dan kayu bangunan.
"Jadi tadi sewaktu ke lokasi, rumah masih berdiri tapi kondisi miring, rencana dirobohkan terlebih dahulu supaya aman. Saat ini jika tidak ditopang dengan bambu dipastikan roboh dan sudah tidak bisa dihuni," jelas Miki kepada sukabumiupdate.com, Selasa 11 Oktober 2022.
Sejumlah tiang bambu dipasang oleh warga untuk menyangga rumah Puloh agar tidak roboh, karena didalamnya masih ada peralatan rumah tangga. Pasca gempa keluarga Puloh diungsikan ke ke rumah ketua RT setempat terutama istri dan anak balitanya.
Puloh tinggal di rumah tersebut bersama Yati (40 tahun) istri dan ketiga anaknya, Wiwi Juwita (18 tahun), Wisnu (12 tahun) dan si bontot Fahreja (2 tahun). "Saya tetap tinggal di rumah jaga-jaga. Istri dan anak setiap saat malam untuk sementara menumpang di rumah tetangga," jelas Puloh kepada sukabumiupdate.com
Pria yang sehari-hari bekerja serabutan ini kemudian menceritakan detik-detik saat gempa merusak rumah dan peralatan rumah tangga. Saat itu Puloh sedang berada di dapur rumah, merasakan getaran dan melihat dindik bilik rumahnya bergoyang kencang.
Tak hanya itu, sejumlah perabot rumah seperti, piring, gelas dan perabotan dapur berjatuhan dan pecah. "Kami langsung keluar rumah. Gubuk langsung miring karena tiangnya retak. Sama warga langsung diganjal dengan batang bambu, biar nggak roboh," beber Puloh yang saat ini mencari penghasilan dari buruh panen buah.
Baca Juga :
Baca Juga :
Baca Juga :
Baca Juga :
"Tadi dapat bantuan bantuan kayu 15 batang," pungkas Puloh yang berharap tempat tinggalnya ini diperbaiki agar bisa lebih kuat.
REPORTER: IBNU (MAGANG)