SUKABUMIUPDATE.com - Masih ingat Neneh Hasanah? Wanita berusia 87 tahun asal Kampung Ciseupan Hilir RT 03/06 Desa Seuseupan, Kecamatan Caringin, Kabupaten Sukabumi, tersebut saat ini kesulitan dana untuk bangunan baru sekolahnya yakni Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Assahriyah Diniyah Takmiliyah Awaliyah (DTA) Misbahul Aulad.
Pada awal 2020, nama Neneh Hasanah muncul ke publik dan menjadi sosok inspiratif lantaran ketulusannya setia mendidik generasi penerus. Neneh sudah mengajar sejak 1954 dan hingga kini masih aktif sebagai tenaga pengajar di sekolah miliknya sendiri. Kondisi ini membuat sejumlah pihak tergerak membantu Neneh, termasuk Kementerian Agama.
Mengutip website kemenag.go.id, Mentri Agama Yaqut Cholil Qoumas memberikan apresiasi kepada Neneh. Bahkan, Menag memberikan bantuan Kementerian Agama senilai Rp 25 juta. Bantuan afirmasi berupa rehabilitasi ruang kelas untuk YPI DTA Misbahul Aulad senilai Rp 75 juta, juga diberikan Kementerian Agama pada sekitar akhir 2021.
Senin (8/8/2022), sukabumiupdate.com kembali mendatangi sekolah tempat Neneh mengajar, yang tak jauh dari rumahnya di Kampung Ciseupan Hilir. Bangunan sekolah lama YPI DTA Misbahul Aulad tampak memprihatinkan. Berdasarkan informasi, bantuan Rp 75 juta dari Kementerian Agama ternyata digunakan untuk mendirikan bangunan baru.
Baca Juga :
Neneh mengatakan keputusan mendirikan bangunan baru dipilih lantaran bangunan lama YPI DTA Misbahul Aulad tidak memungkinan untuk direnovasi. Bangunan baru didirikan di latas lahan yang dibeli yayasan di belakang bangunan lama. Namun, berdasarkan kalkulasi, pembangunan sekolah baru memerlukan dana kurang lebih Rp 300 juta.
"Proses pembelajaran jadi amburadul karena siswa menjadi terpisah-pisah di tiga tempat berbeda," kata Neneh. Ada tiga ruang kelas di bangunan lama YPI DTA Misbahul Aulad, di mana hanya dua ruang yang layak pakai. Sedangkan satu kelas sudah rusak bahkan nyaris ambruk.
Pernyataan Neneh tersebut menjelaskan kondisi terkini para siswa yang harus belajar di tiga tempat berbeda, sambil menunggu pembangunan sekolah baru selesai. Ketiga tempat ini adalah rumah guru bernama Lukman (kelas I sebanyak 21 siswa), rumah Neneh (kelas II 14 siswa), dan di sekolah lama (kelas III sampai VI dengan total 62 siswa).
Sudah cukup lama para siswa belajar di tiga tempat berbeda. Ini terpaksa dilakukan karena pembangunan sekolah baru yang tak kunjung selesai alias mangkrak akibat kekurangan dana. Uang Rp 75 juta dari Kementerian Agama, baru mencukupi pendirian tiang fondasi di lahan 220 meter persegi, dengan luas bangunan baru direncanakan 147 meter persegi.
Tenaga pengajar atau guru di YPI DTA Misbahul Aulad, Lukman, menyebut sementara ini diperlukan dana tambahan Rp 150 juta untuk melanjutkan pembangunan tiang fondasi, minimal sampai selesai ruang kelas di lantai satu. "Supaya semua siswa dapat belajar di satu lingkungan sekolah. Meski, baiknya rampung 100 persen sampai lantai dua," kata dia.
Menurut Lukman, YPI DTA Misbahul Aulad sudah berupaya melanjutkan pembangunan dengan mengajukan proposal ke Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Kementerian Agama. Tetapi, proposal yang dikirimnya belum mendapat respons selama tiga bulan ini.
Sekretaris Desa Seseupan, Ardiansyah, mengatakan pihak desa juga sudah menerima proposal dari YPI DTA Misbahul Aulad. Namun, proposal diterima kepala desa terdahulu. Pemerintah Desa Seseupan dan yayasan pun sudah melakukan pembicaraan soal rencana pembangunan PAUD, yang rencananya disatukan dengan YPI DTA Misbahul Aulad.
"Tapi ada proses yang harus dipenuhi yaitu adanya hibah tanah (ke desa) yang bila terpenuhi kita dapat memproses pembangunan PAUD dan madrasah tersebut," kata Ardiansyah.
Menurut Ardiansyah, proses hibah tanah penting untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. "Kita takut jika tanahnya tidak dihibahkan, nanti bangunan tersebut akan berubah fungsi menjadi hal yang lain seperti rumah pribadi atau lainnya," ujar dia yang menyebut Pemerintah Desa Seseupan tidak bisa membantu dalam hal materil. "Kita berharap pemerintah pusat dapat membantu secara materil dan desa akan membantu secara swadaya untuk membangun madrasah," imbuhnya.
REPORTER: CRP/GIANNI FATHIN RABBANI