SUKABUMIUPDATE.com - Selepas menyetop pekerjaan renovasi Jembatan Cimandiri atau dikenal Bagbagan di Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi, sejumlah warga melakukan aksi protes lain dengan memasang jaring pengaman tali rafia di ujung segmen proyek jembatan di atas sungai Cimandiri tersebut. Ini dilakukan warga pada Selasa (14/6/2022).
Pemasangan tali rafia pengaman yang mirip jaring "Spiderman" tersebut adalah bentuk protes kurang amannya lokasi proyek renovasi jembatan. "Kita pasang karena memang tidak ada safety sama sekali. Ini sebagai bentuk protes masyarakat kenapa tidak ada pengaman seperti ini," kata warga, Jajat Sudrajat (34 tahun), kepada sukabumiupdate.com di lokasi.
Jajat menyebut warga juga meminta transparansi anggaran proyek Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat atau PUPR ini. "Jangan ada yang ditutup-tutupi anggaran berapa yang dikeluarkan pemerintah. Kami sebagai warga juga membayar pajak," ucap Jajat. Permintaan ini muncul lantaran warga heran tak ada papan proyek di sekitar jembatan.
Aksi protes warga ini terjadi menyusul peristiwa jatuhnya tiga orang ke Sungai Cimandiri dari jembatan tersebut pada Senin, 13 Juni 2022, sekira pukul 17.40 WIB. Insiden ini terjadi saat ketiganya berkendara menggunakan sepeda motor matik. Ketiga korban adalah D (22 tahun), yang saat itu membonceng S (20 tahun) dan bayi berinisial DE (2 tahun).
Baca Juga :
Menurut Jajat, segmen pengerjaan rehabilitasi jembatan sepanjang 60 meter ini harus dijaga dinas setempat atau dari pihak kontraktor. Tak hanya menjaga arus lalu lintas, namun mencegah adanya korban terjatuh ke sungai. Jajat mengaku belum mendapatkan informasi apakah dinas-dinas di Kabupaten Sukabumi dilibatkan dalam pengerjaan proyek ini.
"Dinas DLLAJ tidak tahu dilibatkan atau tidak, karena saya tidak pernah melihat ada DLLAJ bahkan petugas dari kontraktor yang jaga (di ruas segmen proyek) mengamankan pekerjaan ini. Hanya mengandalkan OKP dan ormas. Begitu pun mereka (OKP dan ormas) tidak berada di posisi TKP kecelakaan, hanya di tiap ujung jembatan," ujarnya.
Kosongnya isi water barrier yang diletakkan di sepanjang pengerjaan proyek menjadi sesuatu yang tak luput dari sorotan warga. Padahal, alat ini berfungsi sebagai pembatas seandainya ada warga atau pengendara yang akan terjatuh ke sungai. Jajat mengatakan water barrier di lokasi itu tidak diisi air sama sekali, sehingga banyak yang jatuh.
"Ini menjadi pekerjaan rumah bagi kontraktor untuk mencegah ada korban selanjutnya," kata dia. "Lampu-lampu selang sepanjang proyek kalau malam tidak ada, ini pun seharusnya ada diaktifkan kembali penerangan," imbuh Jajat.
Saat berita ini ditayangkan, Muspika Simpenan bersama warga sedang melakukan audiensi dengan pihak Kementerian PUPR dan kontraktor di kantor Kecamatan Simpenan. Mediasi tersebut membicarakan masalah keamanan pengerjaan proyek rehabilitasi Jembatan Bagbagan.