SUKABUMIUPDATE.com - Cerita kemunculan harimau di kawasan hutan rakyat di Desa Cipeundeuy, Kecamatan Surade, Kabupaten Sukabumi, semakin dibicarakan. Kesaksian baru diungkap Ketua RT 07/03 Kampung Tugu, Desa Cipeundeuy, Hendi Hasbuloh (52 tahun). Hendi juga mengaku melihat hewat tersebut pada 2019.
Sebelumnya, warga bernama Rifi Yanur Fajar (24 tahun) mengaku melihat harimau di kawasan hutan rakyat Blok Cicadas di Kedusunan Cimandala, Desa Cipeundeuy, pada 18 Agustus 2019. Sementara Hendi, menemukan kucing besar ini saat musim kemarau sekitar Mei atau Juni 2019 di kawasan hutan rakyat Blok Batu Bokor.
Berbeda dengan Rifi yang menemukan harimau tersebut saat tengah malam, Hendi justru melihat hewan ini pada siang hari. Ketika itu, Hendi bersama satu temannya, sedang mencari anak burung haur, anis, dan lainnya, yang biasanya membuat sarang di pohon-pohon besar di hutan rakyat Blok Batu Bokor, Cikalapa, dan Blok Gunting.
Blok Batu Bokor berjarak kurang lebih 2 kilometer ke permukiman warga. Lokasi ini terjal dan dipenuhi bebatuan besar. Ada pula sungai Gunting yang merupakan hulu dari Situ Habibi Cimandala. Titik ditemukannya harimau oleh Hendi ini diapit dua bukit. "Jarang ada orang ke lokasi ini," katanya kepada sukabumiupdate.com, Selasa (7/6/2022).
Hendi dan temannya turun ke lokasi tersebut sekira pukul 11.00 WIB. Awalnya, Hendi melihat sebuah gua berukuran 2 meter dengan tinggi 70 sentimeter. Sekitar 10 meter dari bibir gua, ada pohon gelam berdiameter 80 sentimeter dengan tinggi 20 meter. Pohon ini cukup rindang, ditambah aliran sungai, membuat tempat ini terasa sejuk.
Sebelum turun, Hendi dan temanya sempat diingatkan salah seorang penyadap nira untuk membuat gula merah kelapa, bahwa jangan mendatangi gua tersebut. Penyadap nira yang tak disebutkan namanya ini menyebut sering ada suara meraung. Namun, kata Hendi, sang penyadap nira tak menjelaskan dari mana sumber suara tersebut.
Lantaran melihat burung anis yang hinggap di pohon gelam depan gua--seperti tujuan awal yakni mencari burung anis--Hendi dan temannya memberanikan diri menghampiri pohon tersebut. Kedunya berpikir akan ada anak-anak burung anis di pohon itu. Namun terkejutnya Hendi saat melihat jejak kaki binatang di mulut gua (keluar-masuk).
"Ada bekas cakaran juga di pohon gelam, dari satu meter batang pohon hingga ke atas kurang lebih 10 sampai 15 meter. Terlihat juga dedaunan rindang di atas pohon yang bergoyang," kata Hendi.
Hendi dan temannya semakin dibuat kaget saat melihat ada ekor sepanjang kurang lebih 70 sentimeter dengan diamater 15 sentimeter, berwarna kuning tembaga dan hitam, dari atas pohon. "Ekornya turun ke bawah, namun ujungnya ke atas, dan terus bergerak. Saya dan teman meyakini itu adalah meong (harimau) sebutan warga di sini," ucapnya.
Memastikan ekor tersebut adalah ekor harimau atau bukan, Hendi menepuk-nepuk pohon gelam yang ada di depan gua. Ia ingin melihat tubuh harimau tersebut. Namun bukannya turun, hewan yang diyakini harimau itu malah meraung selama satu kali berdurasi kurang lebih lima detik. "Saya dan teman langsung kabur karena takut," katanya.
Sebelumnya, kabar kemunculan harimau di hutan Sukabumi kembali menjadi buah bibir. Kabar ini viral di media sosial setelah Dinas Kehutanan Jawa Barat mengunggah informasi dugaan kemunculan harimau tersebut di akun Facebook resminya pada 17 Januari 2022. Unggahan ini mendapat respons beragam warganet.
Unggahan Dinas Kehutanan Jawa Barat tersebut adalah tindak lanjut dari pengalaman Rifi Yanur Fajar (24 tahun) yang mengaku melihat harimau di kawasan hutan rakyat Blok Cicadas di Kedusunan Cimandala.