SUKABUMIUPDATE.com – Keputusan orang tua untuk tetap menerapkan belajar jarak jauh bagi anak-anaknya di zona hijau harus dihargai oleh sekolah dan dinas pendidikan. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim bahkan menyebut tidak boleh ada sikap diskriminasi dari sekolah dan guru di zona hijau jika orang tua siswa lebih memilih belajar jarak jauh atau tetap melalui daring.
Usai mengecek langsung kesiapan SMAN 4 Kota Sukabumi menyambut sekolah tatap muka pada tahun ajaran baru mendatang, Nadiem menegaskan keputusan akhir tatap muka atau tetap jarak jauh ada ditangan kepala daerah, kepala dinas, kepala sekolah dan orang tua siswa. “Jadi saat sekolah buka tapi orang tua masih merasa tidak nyaman, orang tua bebas untuk tidak menyekolahkan anaknya dulu,” tegas Nadiem.
Saat orang tua memutuskan tidak dulu mengirim anak ke sekolah tatap muka, maka metode pembelajarannya tetap jarak jauk atau melalui daring (online). Dan ini menurut Nadiem tetap menjadi tanggungjawab sekolah dan guru, untuk memfasilitasi pembelajaran jarak jauh bagi siswa yang belum siap untuk tatap muka di masa adaptasi kebiasaan baru (AKB).
BACA JUGA: Cek Kesiapan Sekolah Tatap Muka di Kota Sukabumi, Menteri Nadiem: SD Belum
“Itu tanggungjawabnya sekolah untuk memastikan bahwa anak itu tidak terdiskriminasi karena ia mau belajar di rumah. Kita memberikan kebebasan memilih di masing-masing jenjang,” tegas Nadiem.
Khusus untuk zona hijau seperti Kota Sukabumi, menurut Nadieum sekolah tatap muka bukan diwajibkan tapi dibolehkan dengan ketentuan ketat protokol kesehatan. Diawal tahun ajaran baru ini, hanya SMP dan SMA (sederajat) dulu yang dipersilahkan menggelar tatap muka, itupun dengan rekomendasi dari gugus tugas daerah.
“SD belum karena harus melihat evaluasi dari tatap muka SMP dan SMA. Dua bulan kemudian jika aman baru untuk tingkat SD, dua bulan kemudian dievaluasi lagi baru untuk tingkat PAUD,” jelasnya.
BACA JUGA: Sekolah Tatap Muka di Kota Sukabumi, Belajar Hanya 3 Jam
Keputusan ini akan didasarkan pada kemampuan masing-masing sekolah dan daerah dalam menerapkan protokol kesehatan di masa AKB zona hijau berdasarkan daftar list yang sudah disusun bersama kementrian, gugus tugas dan daerah. Nadiem mengungkapkan rasa nyaman para siswa dan orang tuanya itu tidak bisa dipaksakan melainkan harus diperlihatkan dengan persiapan dan langkah-langkah yang terukur untuk memastikan kesehatan bersama di sekolah.
“Kuncinya itu bukan hanya ikut cek list protokol kesehatan, tapi pola pikir kepala sekolah, guru, pengawas dan kepala dinas. Jika mereka mengutamakan kesehatan maka akan tercarilah jalan keluar untuk menerapkan protokol yang tepat. Akan muncul inovasi, seperti SMAN 4 ini inovasi baik,” beber Nadiem.
Dalam kesempatan ini Nadiem bahkan kembali menegaskan bahwa sumber dana pendidikan seperti BOS (Bantuan Operasional Sekolah) sudah dimodifikasi agar bisa digunakan secara fleksibel oleh sekolah dalam rangka pemenuhan kebutuhan belajar di era AKB. “Dari kemendikbud sudah melepas 100 persen penggunakan dana bos itu fleksibel. Jadi dana BOS itu bisa digunakan untuk pemenuhan semua protokol kesehatan, baik bagi sekolah di zona hijau untuk tatap muka maupun sekolah yang masih menerapkan belajar jarak jauh, bisa untuk kouta, data, internet bukan hanya untuk guru, untuk muridnya pun boleh,” pungkasnya.
BACA JUGA: Wapres Tiba di SMAN 4 Kota Sukabumi Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah V Nonong Winarni, usai mendampingi Menteri Nadiem Makarim cek kesiapan SMAN 4 kembali menegaskan bahwa pemerintah menyiapkan nomor hotline pengaduan bagi orang tua jika merasa ditekan atau dipaksa mengirim anaknya ke sekolah tatap muka.
“Jika ada kepala sekolah menekan orang tua untuk menyekolahkan anaknya bisa melapor. Dinas akan melakukan pemantauan dan pengawasan, harus ada perlindungan bagi siswa,” tegasnya.
Walaupun tidak tatap muka, menurut Nonong Winarni pihak sekolah tidak boleh memaksa. “Pertama tidak mau ke sekolah kedua tidak diizinkan oleh orang tuanya, sekolah tidak boleh memaksa dan dinas melakukan pengawasan untuk itu.”
Bagi siswa yang tetap memilih belajar jarak jauh, sebenarnya tidak ada masalah karena sudah berlangsung selama tiga bulan terakhir melalui daring atau online. “Ada dua metode, daring dan tatap muka dengan protokol kesehatan. Di SMAN 4 ini ada inovasi live streaming, itu adalah cara sekolah menyiapkan bahwa anak di rumah juga masih tetap harus belajar,” pungkas Nonong Winarni.