SUKABUMIUPDATE.com - Matinya ribuan ekor babi di Sumatera Utara, mengundang perhatian DPR RI. Anggota DPR RI fraksi PKS, drh Slamet mengatakan, dirinya meminta kejelasan dari pemerintah terkait kematian ribuan babi tersebut.
BACA JUGA: drh Slamet Sebut Penanganan Karhutla 2020 Menjadi Tolak Ukur Kinerja KLHK dan BRG
"Pemerintah harus terbuka kepada masyarakat tentang kasus mematikan ribuan babi di Sumatera Utara tersebut," ucap drh Slamet kepada sukabumiupdate.com, Kamis (28/11/2019).
Slamet menegaskan, peristiwa kematian ribuan ekor babi tersebut mengundang tanda tanya di masyarakat, Terlebih, lanjut Slamet, adanya kematian ribuan babi itu memiliki dampak negatif terhadap kesehatan hewan di Sumatera Utara.
"Berdasarkan informasi yang diterima, kematian babi tersebut diduga kuat disebabkan virus Afrikan Swine Faver (ASF). Ini perlu dijelaskan secara gamblang oleh pemerintah. Pasalnya, gejala yang terjadi mengkerucut terhadap penyakit tersebut," tambah Slamet.
Menurut Slamet, kematian tersebut diawali dengan gejala suhu tinggi dan kehilangan nafsu makan. Gejala lainnya, sambung Slamet, hewan ternak tersebut mengalami muntah, diare dan kesulitan nafas dan juga susah berdiri.
BACA JUGA: drh Slamet Minta Menteri LHK Selesaikan Pekerjaan Rumah, Terutama Kebakaran Hutan
"Belum ada pengobatan untuk virus ASF ini dan bahkan memiliki risiko 100 persen kematian," tegas Slamet yang juga merupakan sarjana kedokteran hewan.
Oleh sebab itu, pemerintah harus bergerak cepat menangani peristiwa tersebut. Karena bagi sebagian warga Sumatra Utara, babi merupakan salah satu makanannya.
Slamet pun mengungkapkan, ASF dapat ditularkan melalui kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi. Babi hutan, telah diidentifikasi sebagai salah satu dari beberapa kemungkinan penyebarannya, serta dapat menyebar melalui serangga atau kutu.
"Negara punya kewajiban menjaga warganya terhindar dari berbagai macam penyakit. Oleh sebab itu, penelitian kematian ribuan babi di Sumatera harus tuntas," pungkasnya.