SUKABUMIUPDATE.com - Kasubag Tata Usaha Pasar Sagaranten, R Suparman menyampaikan, pihaknya kesulitan dalam mengejar target Pendapatan Anggaran Daerah (PAD). Jangankan mencapai target, PAD dari Pasar Sagaranten malah menurun selama dua tahun terakhir.
"Kondisi pedagang yang meninggalkan lapaknya mengurangi jumlah pendapatan kami. Kami terpaksa memutus delapan tenaga kerja sukarela, karena kami tak mampu memberi upah yang layak," ungkap Suparman ditemui sukabumiupdate.com, Senin (14/5/2018).
Penyebab lain, kata Suparman, penurunan pendapat Pengelola Pasar Sagaranten juga disebabkan tidak adanya lahan parkir. Lahan parkir di halaman pasar dikelola dinas lain.
BACA JUGA: Dinilai Tak Layak, Pedagang Pasar Sagaranten Sukabumi Ogah Tempati Kios
"Kami sudah berusaha mencari solusi dengan pihak Dishub, namun tetap saja tak ada jalan keluar untuk masalah ini. Padahal parkiran itu berada di lahan kami," sambungnya.
Suparman juga menyayangkan banyaknya pedagang los atau kios yang memilih berjualan kaki lima di samping jalan, atau lahan parkir. Bukan cuma mengurangi pendapatan, menimbulkan kemacetan.
"Saya menyayangkan pembangunan pasar ini tak sesuai dengan keinginan pedagang dan pengelola pasar, sehingga ini menjadi masalah bagi semua," jelasnya.
Jumlah kios di lingkungan pasar diketahui sebanyak 65 kios di lantai bawah, 52 kios di lantai atas. Jumlah tersebut sudah disesuaikan dengan jumlah pedagang yang mencapai 114 orang.
Saat ini, lantai atas Pasar Sagaranten tak ada yang menempati. Para pedagang memilih untuk berjualan di lahan parkir.
"Dari target 2 juta rupiah perbulan, kami hanya mendapat 900 ribu. Makanya target PAD pertahun sebesar 24 juta itu sulit kami kejar," pungkas Suparman.