SUKABUMIUPDATE.com - Dinas Pendidikan Kabupaten Sukabumi bersama Mitra Unicef, Helen Keller Internasional (HKI) mengadakan Festival Olahraga Inklusif di Gelanggang Olahraga Cisaat, Kabupaten Sukabumi.
BACA JUGA: Empat Mahasiswa Universitas Nusa Putra Sukabumi Magang ke Taiwan
Kegiatan tersebut diikuti puluhan siswa berkebutuhan khusus dari 47 SD se Kabupaten Sukabumi.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sukabumi, Mohammad Solihin mengatakan Festival Olahraga Inklusif ini merupakan wadah dan memberikan kesempatan kepada para siswa berkebutuhan khusus melalui kegiatan olahraga. Hal ini sejalan dengan tujuan pembangunan berkesinambungan pemerintah Indonesia tentang pendidikan yang berkualitas.
"Ini sebetulnya untuk menggugah para penentu kebijakan agar memiliki kepedulian kepada anak-anak berkebutuhan khusus dan ini juga harus menjadi agenda rutinitas kedepannya," ujarnya kepada sukabumiupdate.com, Selasa (5/3/2019).
Hadirnya pendidikan inklusif ini, kata Solihin merupakan salah satu cara terbaik untuk memastikan akses pendidikan serta kegiatan sosial lain bagi semua peserta didik termasuk peserta didik disabilitas dapat terlaksana.
"Outpunya, supaya banyak sekolah-sekolah lagi yang bisa menjadi model memberikan pendidikan inklusif. Di Kabupaten Sukabumi sendiri sudah ada 47 sekolah yang sudah menyediakan pendidikan inklusif, karena mendidik anak-anak berkebutuhan khusus itu sebetulnya tidak begitu sulit," tandasnya.
BACA JUGA: Mahasiswa Teknik Sipil Universitas Nusa Putra Sukabumi Merambah ke Rutilahu
Program Manager pendidikan inklusif Indonesia dari Mitra Unicef, HKI, Emilia Kristianti, menjelaskan HKI sebagai mitra Unicef sudah bekerjasama dengan pemerintah Kabupaten Sukabumi dari 2010, untuk penerapan pendidikan inklusif ini.
“Perkembangan pendidikan inklusif di Kabupaten Sukabumi sudah cukup baik. Dari sisi kebijakan sudah mendukung,” ungkapnya.
Ia mengaku, pihaknya kini secara terus menerus tengah memberikan pelatihan bagi para Guru Pembimbing Khusus (GPK) ataupun non-GPK untuk dapat memaksimalkan pendidikan inklusif ini.
“Harapannya tidak ada lagi sekolah yang menolak siswa berkebutuhan khusus, sekolah bisa menerima, masyarakat juga bisa menerima, sehingga semua anak bisa mendapatkan hak pendidikannya," pungkasnya.