SUKABUMIUPDATE.com - Anggota DPR-RI dari Fraksi PKS, drh Slamet, menyoroti rencana Kementerian Pertanian (Kementan) membeli ayam peternak yang harganya jatuh imbas wabah Covid-19 atau Virus Corona.
BACA JUGA: Waspadai Covid-19, drh Slamet Cek Persediaan Bahan Pangan Pokok ke Bulog Sukabumi
"Pemerintah jangan memberi harapan palsu kepada para peternak mandiri di saat harga ternak jatuh,” ujar Slamet kepada sukabumiupdate.com, Senin (20/4/2020).
Menurut dia, sebenarnya persoalan ayam mudah, tidak perlu terjadi jika pemerintah responsif sejak awal. Hal ini bisa diatasi jika pemerintah melakukan pembatasan grand parent stok yg masuk sejak awal. Atau lakukan pemusnahan doc sejak dini.
“Saya punya keyakinan, kalau ini yang dilakukan pemerintah Insya Allah harga akan terkontrol. Saya mengingatkan pemerintah bisa melakukan hal itu. Sebab, pemerintah adalah pemegang otoritas, maka tidak akan terjadi masalah yang berkepanjangan seperti ini,” ujarnya.
Legislator dari daerah pemilihan Sukabumi ini menegaskan, para peternak rakyat ini adalah rakyat kecil, buruh, dan bukan pengusaha besar. Dalam artian, kata dia, tidak cukup ditutupi dari penghematan anggaran di Kementan. "Perlu langkah dan kebijakan strategis dalam persoalan ini," tambahnya.
Dalam rangka menjaga ketahanan pangan Indonesia, sambung dia sudah selayaknya anggaran pertanian ditambah, bukan malah sebaliknya disunat. "Pemerintah harus bekerja cepat sebagai langkah yang bijak dan cepat untuk mengantisipasi kebangkrutan usaha para peternak," tegasnya.
BACA JUGA: Cegah Covid-19, drh Slamet Lakukan Penyemprotan Disinfektan di Beberapa Masjid
Seperti diketahui, kata Slamet, harga ayam peternak jatuh sampai ke Rp 6 ribu per kilogram. Sedangkan HPP atau Harga pokok penjualan (HPP) Rp. 17 ribu per kilogram.
Sebelumnya juga, sambung Slamet, peternak di Jawa Timur membagi-bagikankan secara gratis ayam-ayam ternak karena harganya terjun bebas. Sehingga Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementan berencana membeli ayam milik para peternak mandiri di Pulau Jawa karena harga jatuh akibat Covid-19 atau Corona.