SUKABUMIUPDATE.com - Anggota DPR RI Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) drh Slamet, menyoroti kelangkaan komoditas gula dalam beberapa waktu terakhir ini. Tak dipungkiri, kelangkaan komoditas gula tersebut memang disebabkan oleh dampak ekonomi dari Pandemi Covid-19 yang kian hari kian terasa oleh masyarakat.
BACA: drh Slamet: Tarik Piutang Negara untuk Bantu Penanggulangan Corona
Slamet menilai, dalam situasi seperti ini pemerintah harus hadir di tengah-tengah petani dengan melindungi produksi dalam negeri. Pasalnya, kebiasaan pemerintah yang memudahkan impor di saat stok tidak tersedia dan kurang memaksimalkan pemberdayaan pertanian dan produsen dalam negeri, akan terasa akibatnya ketika impor tidak lagi mampu mencukupi kebutuhan dalam negeri.
"Pendemi ini mendunia termasuk dialami negara produsen, sehingga merekapun tidak mampu menutupi kebutuhan dalam negerinya alih-alih mengekspor ke negara lain. Komoditas gula hari ini sudah mulai langka di pasar, padahal gula termasuk barang pokok dan penting. Saya khawatir pemerintah juga tidak mampu menutupi kebutuhan pasar melalui impor," kata Slamet kepada sukabumiupdate.com, Jumat (10/4/2020).
Slamet mengatakan, sudah saatnya pemerintah melalui Menteri Pertanian dan Menteri Perindustrian, bijak melihat hal ini dan mulai serius membenahi infrastruktur penopang industri gula dalam negeri. Slamet menyebut, lahan perkebunan tebu dan petani tebu harus diperhatikan dengan serius. Tak hanya itu, pabrik gula dan teknologi pembuatan gula juga patut untuk diperhatikan.
"Menteri Perdagangan memastikan membeli semua stok gula atau produk dalam negeri berapapun harganya. Bila perlu, pemerintah mensubsidi sambil memperbaiki kinerjanya, sehingga bisa menekan harga di masa depan sampai bahkan kita bisa bersaing dengan negara lain dan menjadi negara pengekspor bukan pengimpor lagi," jelas Slamet.
BACA JUGA: Waspadai Covid-19, drh Slamet Cek Persediaan Bahan Pangan Pokok ke Bulog Sukabumi
Terakhir Slamet mengungkapkan, jika gagal bersikap negarawan dalam berbagai sisi bidang, maka kita sedang berkontribusi pada kehancuran bangsa kita sendiri. Pemerintah Soeharto, sambung Slamet, menyebutnya dengan ketahanan pangan.
"Pemerintah Jokowi menyebut lebih gagah dengan kedaulatan pangan. Tapi jika semuanya hanya sebatas slogan dan impor yang menjadi primadonanya, maka bangsa dan negara akan menjadi taruhannya. Semoga Tuhan Yang Maha Esa menyelamatkan bangsa dan negara Indonesia tercinta," tutupnya.