SUKABUMIUPDATE.com - Pemerintah Indonesia memiliki komitmen kuat dalam menciptakan energi bersih. Hal ini tercermin dari bauran energi nasional yang ditargetkan akan terserap sebesar 23 persen pada tahun 2025 berasal dari subsektor Energi Baru Terbarukan (EBT).
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan membeberkan upaya Pemerintah selama ini dalam mencapai sasaran target tersebut di hadapan para investor swasta. "Saat ini sudah 13 persen, jika beberapa pembangkit EBT (yang saat ini sedang konstruksi) sudah beroperasi dalam waktu dekat, bisa tercapai 18 persen," ungkap Jonan dalam diskusi "100 Islands Solution: Accelerating the Clean Energy Transition and Resilient Infrastructure" pada acara The 2nd Tri Hita Karana Sustainable Development Forum di Nusa Dua Bali, Rabu (10/10/2018).
Salah satu penopang target bauran EBT datang dari Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB). Saat ini, PLTB komersial pertama di Sidrap, Sulawesi Tengah sebesar 75 Mega Watt (MW) yang telah diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo sudah beroperasi pada April 2018. "Akan ada commissioning lagi di Sidrap Fase II sebesar 72 MW yang teknologinya dari Ganesha dan PLTB di Kalimangan Selatan sebesar 16 MW," jelas Jonan.
BACA JUGA: Tim Medis Siaga Bencana ESDM Terus Bergerak, Tangani Lebih dari 2.000 Korban Gempa Sulteng
Ada pula Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang masih dalam tahap konstruksi. "Kedepannya, kami tengah mendesain PLTA dengan kapasitas terbesar di Sumatera sebesar 800 MW dan 500 MW di Sulawesi," kata Jonan.
Tak cukup di situ, Jonan juga memperluas penggunaan Biodesel sebesar 20 persen (B20) pada Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis solar di sektor transportasi. "Saat ini kami mengimplementasikan 20 persen campuran Crude Palm Oil (CPO) dalam solar," tegasnya.
BACA JUGA: Tim Siaga Bencana ESDM di Palu dan Donggala Terus Bergerak Cepat untuk Pulihkan Kondisi
Jonan optimis Pemerintah dapat mencapai target, meskipun target tersebut dinilai menjadi tantangan tersendiri di tengah masih tingginya ketergantungan penggunaan bahan bakar fosil di masyarakat. "Secara pribadi target ini cukup berat. Paling tidak upaya kita (Pemerintah) mendekati (target) sekitar 20 persen. Tapi target tersebut sangat memungkinkan untuk dicapai," ungkap Jonan.
Sebagai informasi, Tri Hita Karana on Sustainable Development Forum merupakan kegiatan Pemerintah RI bekerjasama dengan United in Diversity Foundation, International Chambes of Commerce, Business and Sustainable Development Commision and United Nations , World Bank Group, IMF, China Development Bank, World Economic Forum, OECD, Milken Institute dan Tsinghua University.
Salah satu tujuan forum ini adalah untuk mendiskusikan beberapa inisiatif pembangunan di Indonesia yang sedang berjalan dan dapat ditingkatkan.