Kenaikan Tiket Masuk Taman Komodo Dikritik Banyak Kalangan

Kamis 14 Juli 2022, 00:00 WIB

SUKABUMIUPDATE.com - Kenaikan tiket masuk Taman Nasional Komodo Rp 3,7 juta per orang panen kritik banyak kalangan. Rencana ini dikhawatirkan membawa dampak negatif bagi pariwisata setempat, salah satunya jumlah wisatawan diperkirakan turun drastis.

Mengutip dari tempo.co, Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad mengatakan kenaikan tarif masuk Pulau Komodo yang terlalu tinggi akan berakibat pada penurunan jumlah pengunjung yang sangat besar.

Implikasinya, sejumlah sektor yang berkaitan dengan pariwisata di Pulau Komodo akan mengalami penurunan pendapatan. 

"Kalau tarif mahal, (pendapatan) hotel dan restoran akan turun, pendapatan daerah akan turun, dan nanti saya kira akan cukup serius dan akhirnya Pulau Komodo bukan lagi sebagai tempat wisata yang menjanjikan." ujarnya saat dihubungi Tempo, Rabu, 13 Juli 2022.

Ketika tarif mahal, kata Tauhid, otomatis jumlah tunjangan para wisatawan terutama wisatawan lokal akan terbatas. Sehingga, kondisi perekonomian lokal pun turun. 

Berbagai usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) akan terdampak. "Pendapatan bagi masyarakat sekitarnya relatif akan lebih rendah kalau harga tiket terlampau lebih mahal," ucapnya. 

Ia menilai, menaikkan tarif tiket bukan solusi karena penerimaan Taman Nasional Komodo rendah. Kondisi nantinya tidak selaras dengan target pemerintah yang ingin menambah biaya konservasi melalui harga tiket.

Kebutuhan pendanaan konservasi Pulau Komodo, kata dia, seharusnya tidak dibebankan pada wisatawan semata. Apalagi, kata dia, Pulau Komodo masuk ke dalam kategori warisan dunia. 

Ia menyarankan pemerintah pusat bekerja sama dengan lembaga konservasi dunia sehingga perbaikan ekosistem dapat dilakukan dengan lebih baik. 

"Untuk mengatasi kebutuhan pendanaan pengelolaan, saya kira memang harusnya bukan soal tarif, tapi bagaimana ada perluasan pemanfaatan, global fund untuk pendanaan komodo," ujarnya. 

Baca Juga :

Burden Sharing Biaya Konservasi

photoSejumlah sektor yang berkaitan dengan pariwisata di Pulau Komodo akan mengalami penurunan pendapatan dampak kenaikan tiket masuk. - (iStock)</span

Senada, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal mengatakan tidak seharusnya biaya konservasi dibebankan kepada konsumen seluruhnya. Ia berpendapat pemerintah perlu membagi beban anggaran konservasi tersebut. 

"Jadi kalau sampai setinggi itu, ini namanya bukan menambah biaya konservasi tapi menanggung seluruh biaya konservasi yang seharusnya menurut saya harus ada pembagian beban," tuturnya kepada Tempo, Rabu, 13 Juli 2022.

Karena Pulau Komodo objek wisata andalan nasional, kata dia, pemerintah pusat dan daerah semestinya menanggung biaya konservasi itu. Bila beban terbagi, maka tarif tiket tidak akan terlalu melambung dan inklusivitas wisatawan tetap bisa dipertahankan.

Menurutnya, tarif bisa dibedakan berdasarkan beberapa tipe, seperti wisatawan asing, wisatawan domestik, dan wisatawan lokal sekitar daerah wisata. "Karena yang jelas, daya beli antar wisatawan itu berbeda sekali, jauh sekali berbeda," tuturnya. 

Sebelumnya, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno menyebutkan biaya Rp 3,7 juta merupakan total keseluruhan dari biaya konservasi berupa nilai jasa ekosistem selama satu tahun. 

Angka tersebut, diperoleh melalui kajian dari para ahli. Adapun nilai jasa ekosistem yang dimaksud adalah sumber daya alam yang menunjang keberlangsungan kehidupan makhluk hidup, seperti air, oksigen, sumber makanan, dan mencakup pengelolaan limbah yang dihasilkan oleh wisatawan. 

Ia berujar biaya tiket juga sudah termasuk dengan tiket masuk kawasan Taman Nasional Komodo serta pemberian souvenir buatan masyarakat sekitar Pulau Komodo

"Kebijakan ini akan bisa menarik lebih banyak wisatawan yang menghargai upaya konservasi dan ikut membangun destinasi-destinasi lain di Nusa Tenggara Timur sebagai destinasi wisata unggulan," kata dia melalui keterangan resmi Kemenparekraf, Senin, 12 Juli 2022. 

Sandiaga berujar biaya konservasi hasil dari kenaikan tarif masuk dapat menunjang upaya pemerintah untuk menjaga kelestarian alam. Menurutnya, biaya tersebut dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang ada di kawasan Taman Nasional Komodo

"Ini merupakan suatu kebulatan tekad Kemenparekraf bersama Pemprov Nusa Tenggara Timur, KLHK, dan Balai Taman Nasional Komodo untuk terus melakukan upaya-upaya terbaik dalam solusi pengembangan pariwisata dan konservasi di kawasan Taman Nasional Komodo," ujar Sandiaga. 

Kepala Dinas Pariwisata (Kadispar) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Zet Sony Libing mengatakan wacana kenaikan harga dikaji oleh tim ahli dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Indonesia (UI), Universitas Andalas, dan Universitas Udayana. Setelah dikaji, kata dia, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pun menyetujuinya. 

Ia menjabarkan kajian tersebut mengungkapkan bahwa terjadi penurunan kualitas ekosistem di dua pulau, yaitu Pulau Komodo dan Pulau Padar. Alhasil, pembatasan pengunjung dilakukan di dua pulau itu agar wisatawan tidak merusak ekosistem komodo.

Zet menyebutkan berbagai temuan dalam kajian tersebut, di antaranya perburuan liar, pembakaran hutan, ilegal fishing, kerusakan terumbu karang, hingga pencurian. "Oleh karena itu kami meminta wisatawan untuk berkontribusi," kata dia. 

Soal pembatasan kunjungan, ia mengungkapkan tim ahli sebenarnya meminta agar dibatasi hingga 219 ribu orang per tahun. Namun Pemerintah Provinsi memutuskan agar dibatasi sampai 200 ribu wisatawan per tahun. 

Bagi wisatawan yang ingin mengunjungi komodo namun tidak mampu membayar tiket Rp 3,7 juta, Zet berujar objek wisata komodo di Pulau Rinca bisa menjadi pilihan alternatif. 

"Orang mau lihat komodo kan ada di Rinca. Terserah dia akan ke Rinca. Kami hanya ingin agar komodo tidak punah, sama dengan bangsa Cina yang menjaga panda mereka," ujarnya.

SUMBER: TEMPO.CO

Follow Berita Sukabumi Update di Google News
Simak breaking news Sukabumi dan sekitarnya langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita SukabumiUpdate.com WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaXv5ii0LKZ6hTzB9V2W. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Editor :
Tags :
Berita Terkini
Inspirasi18 Januari 2025, 15:00 WIB

Lowongan Kerja Sukabumi Sebagai Cook Sushi, Cek Kualifikasinya Disini!

Apabila kamu tertarik dengan lowongan kerja ini, segera daftarkan diri sekarang juga!
Ilustrasi - Lowongan Kerja Sukabumi Sebagai Cook Sushi, Cek Kualifikasinya Disini! (Sumber : Freepik.com/@ASphotofamily)
Sukabumi18 Januari 2025, 14:58 WIB

Pengendara Terjebak Berjam-jam, Jalan Nasional di Simpenan Sukabumi Buka Tutup Pasca Longsor

Saat ini jalan sudah dibuka, tetapi dengan sistem buka tutup.
Antrean kendaraan di Jalan Nasional Bagbagan-Kiara Dua, tepatnya di Kampung Cimapag, Desa Loji, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi, Sabtu (18/1/2025). | Foto: Dokumen Pengendara
Sukabumi18 Januari 2025, 14:13 WIB

Pulihkan Ekosistem Pasca Bencana, Penanaman Pohon di DAS Sungai Cikaso Sukabumi

Kegiatan ini untuk mencegah bencana serupa di masa depan.
Penanaman pohon di DAS Cikaso, Desa Cibadak dan Desa Pabuaran, Kecamatan Pabuaran, Kabupaten Sukabumi. | Foto: Dokumentasi Panitia
Food & Travel18 Januari 2025, 14:00 WIB

Menikmati Deburan Ombak di Pantai Karang Tawulan, Wisata Eksotis Mirip Tanah Lot di Tasikmalaya

Tersembunyi di wilayah selatan kabupaten, pantai Karang Tawulan menawarkan keindahan alam yang masih asri dan jauh dari hiruk pikuk kota.
Pantai Karang Tawulan adalah sebuah destinasi wisata pantai yang menarik di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. (Sumber : Instagram/@riskardr/@dadanwardana99).
Bola18 Januari 2025, 12:00 WIB

Prediksi PSM Makassar vs PSBS Biak di Liga 1: H2H, Susunan Pemain dan Skor

PSM Makassar vs PSBS Biak akan tersaji sore ini dalam lanjutan Liga 1 2024/2025.
PSM Makassar vs PSBS Biak akan tersaji sore ini dalam lanjutan Liga 1 2024/2025. (Sumber : Instagram/@psbsofficial/X/@psm_makassar).
Sukabumi18 Januari 2025, 11:57 WIB

Satpam Asal Sukabumi Tewas di Rumah Mewah Bogor, Keluarga Temukan Banyak Luka Serius

Korban sempat menghubungi istrinya melalui pesan singkat.
Rumah duka Septian (37 tahun) di Kampung Cibarengkok RW 01, Desa Citarik, Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi. | Foto: SU/Ilyas Supendi
Sukabumi18 Januari 2025, 11:36 WIB

Daftar SKPD dengan Aduan Terbanyak pada 2024, Menurut Data Diskominfo Kota Sukabumi

Pemerintah Kota Sukabumi menerima 106 aduan masyarakat sepanjang 2024.
Apel di Lapang Setda Balai Kota Sukabumi pada Senin (15/7/2024). | Foto: Dokpim Kota Sukabumi
Sukabumi18 Januari 2025, 11:20 WIB

Tahun 2025, Dishub Kota Sukabumi Bakal Perketat Pengawasan Kendaraan Pariwisata

UPTD PKB Dishub akan melakukan upaya untuk mendukung pemerintah pusat.
Kepala UPTD PKB Dishub Kota Sukabumi, Endro. | Foto: Website Kota Sukabumi
Aplikasi18 Januari 2025, 11:15 WIB

Raksasa Mesin Pencari Google Mulai Ditinggalkan, Ternyata Teknologi Ini Penggantinya!

Google perlahan-lahan mulai ditinggalkan oleh pengguna, terutama para generasi muda.
Google perlahan-lahan mulai ditinggalkan oleh pengguna, terutama para generasi muda. (Sumber : Pixabay.com/@Simon).
Sukabumi18 Januari 2025, 11:06 WIB

Diskominfo Rilis Laporan 2024: SP4N-Lapor Kota Sukabumi Terima 106 Aduan Masyarakat

Mei menjadi bulan tertinggi dengan 15 aduan.
(Foto Ilustrasi) Diskominfo Kota Sukabumi merilis data yang masuk ke SP4N Lapor sepanjang 2024. | Foto: Istimewa