SUKABUMIUPDATE.com - Sekum Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia Wilayah (PGIW) Jawa Barat Pendeta Paulus Wijono mengatakan gereja harus hadir dan konkret dalam situasi yang kini dirasakan warga Papua. Menurutnya, gereja harus jadi rumah bersama tanpa melihat golongan dan etnis, termasuk Papua.
BACA JUGA: Kantor LKBN Antara di Papua Dirusak, Dicoret Black Boy
Hal tersebut diungkakan Paulus Wijono saat Ibadah dan Doa Khusus Untuk Papua yang diselenggarakan oleh PGIW Jawa Barat dengan tema “Aku Papua Aku Indonesia” di Gereja GPIB Bethel Bandung, Jumat (30/8/2019) malam.
Pendeta Paulus mengatakan doa untuk Papua salah satu bentuk upaya dan kepedulian gereja dalam menyikapi kondisi yang terjadi terhadap masyarakat Papua.
BACA JUGA: Media Internasional Soroti Kematian Pengunjuk Rasa di Papua
"Papua adalah kita warga gereja. Orang Papua adalah kita. Kita mau berdoa saat ini untuk Papua. Berbagai informasi di media sosial membuat kita harus bijak supaya kita tidak terprovokasi dengan macam-macam berita hoaks," ujarnya.
"Kita rindu masyarakat Papua menari dan menyanyi lagi. Kita melihat ada harapan yang Indah di Papua dan Indonesia. Air mata Papua adalah air mata kita. Papua adalah kita Papua adalah Indonesia," tutup Pendeta Paulus.
BACA JUGA: Polisi di Bandung Diduga Beri Miras Topi Koboi ke Mahasiswa Papua
Pada kesempatan yang sama, Rohaniawan mahasiswa Universitas Maranatha Bandung, Pendeta Hariman Patianakota mengatakan, baik Papua maupun Jawa sama rasa.
"Kita satu dalam kemanusiaan. Berbeda beda tapi satu. Jika Papua menangis kita menangis. Jika Papua sakit kita merasa sakit. Kita ingin Papua damai dan Indonesia damai," kata Hariman.
Dalam acara Doa Khusus Papua tersebut dilakukan doa berantai dengan berbagai bahasa diantaranya, bahasa Sunda, Minahasa Manado, Jawa, Ambon Maluku, Batak, Nias, dan Karo. Hal itu mencerminkan Indonesia berbeda-beda tetap satu termasuk Papua.