SUKABUMIUPDATE.com - Pengamat Ilmu Politik Universitas Bung Karno Faisal Chaniago menilai Indonesia sebagai bangsa yang memiliki beragam perbedaan agama, suku dan bahasa. Sehingga, NKRI syariah tidak relevan di Indonesia. "Indonesia sudah disatukan dengan Pancasila dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
Republik Indonesia tidak bisa ditawar tawar lagi dan sudah menjadi kesepakatan Founding Father bangsa ini," ujarnya saat Kajian dan Dialog yang diselenggarakan oleh Koordinator Nasional Gabungan Gerakan Anti Hoaks (GAGAH) bertema Rekonsiliasi Ukhuwah Wathaniyah untuk persatuan Indonesia, Kamis (29/8).
BACA JUGA: Komunitas Sapu Lidi Sukabumi Raih Penghargaan, Begini Asal-usulnya
Menurutnya, persatuan Indonesia harus terus digelorakan. Hal itu menyusul ada beberapa kelompok yang mencoba menggantikan ideologi Pancasila dengan ideologi lainnya termasuk Khilafah.
"Sekterian kini menjadi anomali di Indonesia, di mana agama dijadikan alat politik untuk mendapatkan kekuasaan. Jika rasa ekslusif yang diyakini suatu kelompok masyarakat semakin kuat, perpecahan merupakan sebuah dampak yang terjadi akibat saling mengklaim yang paling benar," ucapnya.
BACA JUGA: Pesan Achmad Fahmi di Anniversary Komunitas Nmax-Xmax Riders Sukabumi
Menurutnya, masyarakat Indonesia harus sadar dan waspada terhadap ancaman tersebut. Masyarakat Indonesia harus berani menolak wacana NKRI syariah. "NKRI Syariah sangat jelas tidak cocok dengan Indonesia sebagai Rumah Besar bagi rakyatnya yang beragam," ungkapnya.
Dosen Komunikasi Politik UHAMKA Syaiful Rohim mengatakan diksi-diksi yang keluar melalui pernyataan elite politik, tidak jarang mempengaruhi persepsi publik. Sehingga terjadi disintegrasi yang memecah rasa persatuan bangsa.
"Konsep Ukhuwah Wathoniyah merupakan suatu kesepakatan seluruh anak bangsa sebagai solusi meredam berbagai potensi perpecahan yang terjadi di masyarakat," pungkasnya.