SUKABUMIUPDATE.com – Membangun desa wisata menjadi salah satu program Provinsi Jawa Barat di tahun 2020 ini. Wisatapun menjadi demam baru dikalangan pemerintah desa yang berlomba-lomba membangun spot kunjungan bagi wisatawan.
Anggota Komisi II DPRD Provinsi Jawa Barat, Lina Ruslinawati melihat ada potensi kontrapoduktif dalam konsep kesejahteraan masyarakat dengan desa wisata ini. Ia menilai banyak kepala desa yang mengabaikan perlunya kajian analisis mendalam sebelum membangun infrastuktur desa wisata.
“Karena ada sungai atau ada parorama alam langsung bikin rencana bangun desa wisata. Ada juga yang berlomba-lomba menyulap areal persawahan menjadi spot spot wisata dengan segala infrastukturnya seperti jembatan bambu atau pondok pondok wisata,” jelas politisi perempuan Partai Gerindra ini saat berkunjung ke kantor redaksi sukabumiupdate.com beberapa waktu lalu.
Sebelum memutuskan akan menggunakan anggaran dana desa atau alokasi dana desa untuk infratruktur wisata ada baiknya melakukan kajian. Hal ini penting menurut Lina, karena tidak semua desa bisa menjadi magnet bagi wisatawan apalagi kecendrungan yang ditawarkan oleh desa-desa di Jawa Barat kepada wisatawan mirip bahkan sama.
“Konsep wisata itukan bukan hanya potensi sumber daya alam tapi juga kemampuan masyarakat dalam menerima kunjungan wisatawan. Masyarakat harus siap menjadi pelayanan wisatawan, dan ini tidak mudah membentuk mindset,” sambung wakil rakyat yang berasal dari daerah pemilihan Sukabumi ini lebih jauh.
Artinya jika belum disiapkan sumber daya manusianya, semegah dan seindah apapun tempat wisata yang dibangun tidak akan berlangsung lama. Artinya menurut Lina, tanpa kajian desa wisata malah membuat anggara desa tidak bermanfaat bagi kesejahteraan dan pemberdayaan masyarakat.
“Undang rekan rekan mahasiswa untuk kuliah kerja nyata atau obeservasi lapangan. Minta mahasiswa membuat kajian potensi yang ada. Kajian dari mahasiswa ini kan sama-sama menguntungkan desa dapat data potensi dan rencana pembangunan, mahasiswa bisa mengimplementasikan ilmu yang mereka dapatkan dibangku kuliah,” ungkap Lina.
BACA JUGA: Lina Pilih Efektifkan BUMD Agro Jabar Sebagai Pusat Distribusi di Jawa Barat
Artinya jika disuatu desa tidak memiliki potensi wisata jangan dipaksakan. Akan lebih oke menurut Lina menyokong penuh potensi yang sudah ada. “Jangan asal jiplak liat desa di daerah lain berhasil. Pelajari prosesnya yang melakukan kajian panjang potensi apa yang dimiliki.”
“Misalnya potensi pengolahan produk pertanian atau baik kerajinan atau makanan bahkan pertambangan serta tidak punya spot alam yang menarik. Kenapa harus memaksakan punya spot wisata alam. Potensi yang sudah ada didorong untuk lebih berkembang, tanpa perlu sentuhan khusus, potensi inilah yang nantinya akan menarik pengunjung datang desa-desa itu,” pungkasnya.
BACA JUGA: Dukung Blok Hanjuang Pajampangan Jadi Hutan Lindung, Lina Siap Temui Gubernur Jabar
Dikutip dari website resminya, Pemerintah Provinsi Jawa Barat era duet Ridwan Kamil dan UU Ruhzanul Ulum memang menjadikan pembangunan desa sebagai mesin pendorong kesejahteraan warga. Salah satunya dengan konsep desa wisata.
Tahun 2020 ini, Jawa Barat akan mendorong 30 desa wisata baru. Program ini bahkan disokong penuh dengan oleh Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Asosiasi Desa Wisata Indonesia (ASIDEWI) Jabar Periode 2020-2024 yang kembali dilantik kepengurusannya di di Aula Barat Gedung Sate, Kota Bandung, beberapa waktu lalu.