SUKABUMIUPDATE.com - Tumpukan Sampah di Jalan Nasional Cikaso-Tegalbuleud Kabupaten Sukabumi Jawa Barat jadi masalah dan sering dikeluhkan oleh publik. Sedikitnya ada 4 lokasi pembuangan sampah liar di sepanjang jalan ini, dan nyaris tidak pernah diangkut petugas.
Salah satunya di Kampung Cidahu Girang Desa Cidahu, Kecamatan Cibitung, Kabupaten Sukabumi yang volumenya cukup tinggi. "Sampah sampah disini, sudah hampir 1 tahun dibiarkan," kata Ujang Suryama (43 tahun) pemulung yang biasa beroperasi di sepanjang jalan nasional ini.
Ujang sebenarnya petani paruh waktu, saat tidak sedang musim tanam atau panen, warga Kampung Majalaya Desa Cidahu ini mengisinya dengan memulung sampah. Ia memilih sampah bernilai ekonomis yang bisa dijual untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.
Menurut Ujang, sampahnya di pinggir jalan nasional Cikaso ini kebanyakan berasal dari rumah tangga atau sektor usaha kecil yang ada di sekitarnya. Karena tak pernah diangkut, tumpukan sampah ini mengeluarkan bau busuk, sehingga sering dikeluhkan oleh pengguna jalan.
Ini juga yang membuat Ujang tergerak, untuk merapikan tumpukan sampah ini. Dia selalu menyingkirkan sampah-sampah yang berserakan di jalanan. Bila perlu dikumpulkan untuk dibakar di lokasi yang tak jauh dari tumpukan sampah itu.
"Kalau memungkinkan situasi dan kondisinya sering juga saya bersihkan dengan cara dibakar, namun kalau situasinya tidak memungkinkan, dibiarkan saja sisa sisanya, hanya digeser saja agar tidak ke jalan raya," ungkap bapak tiga anak ini lebih jauh.
Baca Juga :
Cara ini dilakukan Ujang di semua lokasi tumpukan sampah lainnya di jalan nasional tersebut. Ia juga selalu menunggu proses bakar sampah tersebut, karena khawatir malah merembet ke kawasan kebun warga di sekitarnya.
Kalau penghasilan mulung begini tidak tetap, sambung Ujang, kadang seminggu kalau lagi ada rezekinya bisa mencapai Rp.500 ribu, kalau lagi sepi seminggu bisa dapat Rp.200 ribu - 150 ribu.
"Tergantung kualitas plastiknya. Kalau bekas air mineral yang plastik bening per kilogram Rp.2500, ada Rp. 2000, bahkan Rp.1800, kalau lagi bagus harganya bisa mencapai Rp.3000 - Rp.3500. Per hari rata rata dapat 50 kilogram limbah plastik campuran," ujar Ujang.
Saat menjadi pemulung ia rutin berangkat dari rumah pagi pukul 08.00 WIB, hingga sore hari. Jalan kaki kurang lebih 50 kilometer pulang pergi. "Terkadang saya juga beli dari warga, dengan modal Rp.200 ribu, pinjam dulu dari pengepul," ungkapnya.