SUKABUMIUPDATE.com - Wali Kota Sukabumi Achmad Fahmi meminta pelajar di Kota Sukabumi tidak ikut dalam rencana unjuk. Fahmi meminta pelajar tidak mudah terprovokasi ajakan demo di media sosial yang sumbernya tidak jelas dan tidak bisa dipertanggungjawabkan.
Hal ini diungkapkan Fahmi usaha pertemuan forum koordinasi pimpinan daerah (Forkopimda) dan tenaga pendidik di Aula Graha Rekonfu Polres Sukabumi Kota, Minggu (29/9/2019) sore kemarin. Dalam momen itu dilakukan deklarasi yang berisi menolak ajakan unjukrasa melibatkan siswa yang berpotensi kekerasan.
Langkah tersebut untuk menyikapi adanya aksi unjukrasa beberapa waktu lalu yang melibatkan siswa sekolah. Rapat yang dipimpin oleh Kapolres Sukabumi Kota AKBP Wisnu Prabowo tersebut dihadiri Wali Kota Sukabumi Achmad Fahmi, Dandim 0607 Kota Sukabumi Letkol Inf Danang Prasetyo Wibowo, Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Sukabumi, dan para kepala sekolah.
BACA JUGA: Pelajar SMK Diamankan Polisi di Jalan Lingkar Selatan Berniat Ikut Demo ke Jakarta
“Kami mendukung upaya menciptakan suasana kondusif di wilayah Kota Sukabumi dengan memastikan anak-anak kita melakukan apa yang harus dilakukan sebagai seorang pelajar,'' ujar Wali Kota Sukabumi Achmad Fahmi. Para pelajar jangan mudah terprovokasi dan memprovokasi ajakan demo yang begitu cepat disampaikan lewat media sosial melalui gadget.
Oleh karena itu kata Fahmi, ia meminta para tenaga pendidik untuk memantau para siswa terutama di media sosial. Sehingga hal-hal yang tidak diinginkan dapat dicegah sedini mungkin.
Kapolres Sukabumi Kota AKBP Wisnu Prabowo mengajak peran serta semua elemen masyarakat khususnya unsur Forkopimda dan pendidik Kota Sukabumi untuk mencegah keterlibatan pelajar sekolah dalam aksi unjuk rasa yang berpotensi kekerasan. Peran pengawasan guru dan orang tua peserta didiknya harus senantiasa ditingkatkan guna mencegah keterlibatan pelajar sekolah dalam aksi unjuk rasa yang berpotensi kekerasan.
BACA JUGA: Naik Truk, Puluhan Pelajar SMK Diamankan Polisi di Jalan Lingkar Selatan Sukabumi
Kegiatan ini lanjut Wisnu, untuk menyikapi situasi kondisi saat ini dimana semakin banyaknya ajakan ataupun seruan melalui media sosial baik itu facebook, instagram, twitter maupun whatsapp grup. Dalam media itu mengajak anak didik bukan hanya pelajar tingkat SMA/ SMK tetapi sekarang sudah mengajak kepada pelajar SMP.
Di akhir acara, puluhan peserta rapat koordinasi membacakan deklarasi menolak ajakan unjuk rasa yang berpotensi kekerasan. Deklarasi segenap unsur pendidik di wilayah Sukabumi mengajak kepada para orang tua pelajar SMA / SMK dan SMP untuk pertama tidak mengijinkan serta melarang, pelajar Sukabumi untuk mengikuti kegiatan unjuk rasa yang berpotensi pada tindakan kekerasan, kekacauan dan perusakan.
Kedua, mengawasi serta menjaga keamanan dan keselematan para pelajar di dalam dan di luar lingkungan sekolah untuk tidak terprovokasi oleh ajakan - ajakan aksi unjuk rasa maupun informasi menyesatkan yang dapat merugikan. Ketiga, membangun komunikasi yang harmonis serta memastikan putera/puterinya mengikuti proses pembelajaran sesuai dengan ketentuan.
BACA JUGA: Tak Hanya Mahasiswa, Ini Gaya Aliansi Pelajar SMK Sukabumi Ikut Tolak RUU 'Ngaco'
Terakhir, menolak segala seruan dan ajakan unjuk rasa yang melibatkan pelajar, karena kewajiban pelajar bukan untuk melakukan unjuk rasa.
Seperti diberitakan sebelumnnya, Senin pagi 37 pelajar SMK dari kota dan kabupaten Sukabumi diamankan polisi dan TNI di jalur lingkar selatan Cibolang Cisaat saat menaiki truk. Para pelajar ini mengaku akan berangkat ke Jakarta untuk ikut dalam aksi unjuk rasa 30 September 2019 yang digelar di Gedung DPR RI.
Puluhan pelajar ini dari sejumlah SMK di Kota dan Kabupaten Sukabumi. Dari seragam yang dikenakan mereka berasal dari SMK Pasundan, AMS, Muhammadiyah dan SMK di Gegerbitung. “Ingin berangkat ke Jakarta, mengunjungi rekan STM di saja dan ikut demo hari ini,” jelas salah seorang pelajar yang diamankan.