SUKABUMIUPDATE.com - Asep Muhiban (19 Tahun) warga Kampung Pamuruyan RT 03/01, Desa Pamuruyan, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi, ditolak pihak keluarga kembali ke rumah. Sebab Asep yang mengalami gangguan jiwa kerap kali mengamuk, merusak barang dan tak segan melukai anggota keluarganya.
Ibu dan bapaknya, Epi (50 tahun) dan Dedi Suhendi (55 tahun) trauma dengan perilaku anak kedua dari lima bersaudara ini. Trauma juga dirasakan saudara kandung Asep.
BACA JUGA: Penderita Gangguan Jiwa Asal Palabuhanratu Enam Tahun Dikurung di Kandang
Seperti yang terjadi Senin (4/2/2019) lalu, hanya karena telat diberi rokok, Asep memukuli adiknya. Pada saat Epi, mencoba melerai dan menenangkan malah kena tendang Asep. Setelah usaha Epi gagal, giliran Dedi Suhendi (55 tahun) mencoba menenangkan anaknya ini. Tapi Asep semakin beringas dan memukul Dedi dengan kursi kayu.
Akibat pukulan itu, Dedi pun harus mendapatkan pertolongan karena mengalami luka sobek sehingga harus dijahit. Setelah kejadian tersebut Asep dibawa pihak kepolisian ke RSUD R Syamsudin SH untuk menjalani perawatan. Setelah dinyatakan sembuh Asep diperbolehkan pulang tapi keluarganya menolak.
"Saya bukannya gak mau, saya hanya takut kejadian kemarin terulang kembali," ujar Dedih kepada sukabumiupdate.com, Selasa (19/2/2019).
Menurut Dedih, dokter RSUD R Syamsudin SH menyatakan Asep sembuh tetapi tidak sembuh total. Hal itu memunculkan khawatir, kalau Asep kembali kambuh kemudian merusak segalanya dan melukai orang-orang disekitarnya.
Maka dari itu, orang tua Asep berharap pemerintah melalu dinas sosial bisa membantu untuk merehabilitasi anaknya, "Kami berharap ada peran dari pemerintah terkait dengan permasalahan ini, kami hanya meminta agar Asep di rehabilitasi terlebih dahulu sebelum dipulangkan ke rumah," ujarnya.
Dedi menuturkan, Asep menderita penyakit gangguan jiwa sejak lulus SMP. Saat itu Asep meminta untuk melanjutkan ke SMA, namun tidak dilaksanakan oleh orang tua karena saat SMP, Asep sering bolos dan nakal. Orang tua berulang kali mendapat surat teguran dari sekolah karena perilaku Asep.
BACA JUGA: Didemo Pengidap Gangguan Jiwa, Pemkab Sukabumi Siap Penuhi Tuntutan
"Maka dari itu kita tidak melanjutkan sekolahnya," Imbuhnya.
Menurut Dedih, Asep kerap mengamuk dengan merusak barang - barang dan pecahkan kaca rumah. Emosinya keluar jika keinginannya tidak dipenuhi. "Permintaanya sebetulnya paling rokok, rokok itu sehari dua bungkus harus ada, mending kalau kita ada uang kalau enggak gimana coba," tukasnya.