SUKABUMIUPDATE.com - Memiliki penghasilan sendiri merupakan salah satu hal yang membanggakan. Namun, jika tidak mengelola keuangan yang kamu miliki dengan bijak dapat mempengaruhi kondisi keuangan dalam jangka panjang.
Sebuah survei terkait perilaku keuangan yang dikeluarkan oleh Zigi dan Katadata Insight Center (KIC) menunjukkan bahwa mayoritas generasi Z dan Y memiliki proporsi pengeluaran bulanan yang cenderung lebih besar dari pendapatan.
Perencana keuangan Prita Ghozie mengatakan kalau para profesional muda sudah seharusnya memulai perencanaan keuangan sedini mungkin.
“Ada beberapa kendala yang kerap dihadapi oleh para profesional muda, termasuk bagi yang baru mulai bekerja atau first jobber. Mulai dari perilaku konsumtif, tidak adanya tujuan keuangan jangka panjang, hingga terjebak pada persepsi bahwa merencanakan keuangan merupakan suatu hal yang rumit," kata Prita dalam siaran pers ShopeePay kepada suara.com, Kamis 19 Mei 2022.
Prita menyampaikan bahwa memiliki perencanaan keuangan yang jelas dan terukur justru dapat mempermudah dalam meraih tujuan jangka panjang yang tidak terbatas pada urusan finansial saja.
"Dengan kata lain, kita jadi bisa memetakan strategi keuangan yang efektif untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, tanpa harus mengorbankan kebahagiaan kita," ujarnya.
Bersama ShopeePay, Prita membagikan empat tips finansial yang mudah diterapkan oleh profesional muda, khususnya first jobber agar bisa memulai perencanaan keuangan.
Baca Juga :
1. Memisahkan Tiga Kategori Utama Alokasi Rekening
Rekening living, saving, dan playing menjadi tiga kategori utama yang bisa diandalkan sebagai panduan dasar memisahkan rekening pribadi.
Cara ini cocok untuk para profesional muda yang belum melakukan budgeting secara rinci, karena kategori dikelompokkan secara sederhana.
“Penghasilan bulanan dapat dialokasikan dengan skema 50 persen ke dalam rekening living untuk kebutuhan esensial harian seperti makan, keperluan rumah atau kost, dan transportasi. Setelah itu, 30 persen disisihkan dalam rekening saving yang bisa berupa tabungan, dana darurat, dan investasi," jelasnya.
Kemudian, sisa 20 persen dari penghasilan bisa dialokasikan dalam rekening playing untuk memenuhi kebutuhan hiburan.
2. Menanam Mindset ‘start small, start now’ dalam Berinvestasi
Berinvestasi membuka peluang bagi para first jobber untuk menambah nilai serta jumlah aset yang dimiliki.
Beragamnya instrumen investasi mungkin membuat para first jobber yang belum familier jadi ragu untuk memulai bahkan takut terjebak investasi bodong.
Mengatasi kendala hal tersebut, Prita menyarankan agar first jobber sebaiknya fokus pada proses belajar dan memantapkan hati untuk berani memulai.
Sebagai langkah awal, mulailah dengan membandingkan risiko antar instrumen investasi yang sesuai dengan kemampuan finansial.
"Saat ini, membeli produk investasi sudah semakin mudah. Dengan modal dana mulai dari puluhan ribu rupiah saja, first jobber bisa mulai berinvestasi. Selain itu, akses untuk belajar agar lebih memahami risiko juga makin terbuka," ucap Prita.
3. Menetapkan Tujuan Finansial Jangka Pendek dan Panjang
Tujuan finansial kerap diasosiasikan dengan jumlah nominal harta yang ingin dimiliki. Padahal, tujuan finansial turut melibatkan tujuan hidup yang dikehendaki serta kapan ingin dicapai.
Sebagai first jobber, penting untuk menentukan tujuan ini agar keputusan finansial tetap terkontrol. Tujuan dalam waktu dekat bisa dikategorikan sebagai jangka pendek, seperti barang yang ingin dibeli hingga dana liburan.
Sedangkan tujuan jangka panjang bisa berupa impian-impian seperti membangun rumah, mengumpulkan modal bisnis, bahkan rencana pensiun di hari tua.
“Mulailah mengevaluasi kondisi finansial yang dimiliki seperti jumlah tabungan, dana darurat, utang, dan penghasilan. Setelah itu, tujuan finansial bisa ditentukan sesuai kebutuhan dan keinginan. Sehingga, strategi bisa disusun dengan memperhitungkan tujuan dan kondisi terkini,” saran Prita.
4. Bangun Kebiasaan Finansial dengan Memanfaatkan Teknologi
Kehadiran teknologi dapat membuat realisasi perencanaan keuangan semakin mudah dan terstruktur. Segala kebutuhan finansial bisa dipenuhi melalui ponsel yang tak terbatas oleh jarak dan waktu.
Mulai dari aplikasi investasi, layanan pembayaran digital dengan fitur dan kampanyenya, hingga transaksi sesederhana mentransfer uang, telah menjadi gaya hidup sehari-hari yang memanfaatkan teknologi.
Menurut Prita, membuat sistem otomatis berbasis teknologi bisa menjadi trik efektif bagi para profesional muda.
Misalnya, membuat to-do-list dan reminder transfer ke rekening tabungan setiap waktu gajian tiba untuk membangun rutinitas finansial yang semakin teratur dan disiplin.
“Kemudahan Transfer Ke Mana Pun yang dihadirkan oleh ShopeePay menjadi solusi ekonomis bagi para first jobber untuk mulai menerapkan perencanaan finansial dengan praktis dan nyaman. Teknologi dan fitur yang dihadirkan juga bisa memudahkan kegiatan mencatat pengeluaran yang juga penting dalam perencanaan keuangan," kata Prita.
Ia mengingatkan bahwa pengeluaran yang tercatat bisa dievaluasi sebagai bahan acuan untuk perencanaan keuangan selanjutnya. Sehingga strategi finansial ke depan jadi semakin ideal.
SOURCE: SUARA.COM