SUKABUMIUPDATE.com - Botram adalah istilah kata sunda yang merujuk pada tradisi makan bersama. Bagi warga di daerah Pajampangan Sukabumi, bakar daging Entok menjadi salah satu menu favorit selain ayam, sebagai teman nasi atau liwet saat botram bersama keluarga, baik di tempat wisata maupun pada moment tertentu.
BACA JUGA: Opak Pasekon, Citra Rasa Kuliner Khas Pajampangan Sukabumi
Untuk memperoleh daging entok atau itik manila yang empuk untuk dibakar. Biasanya entok dipilih yang paling muda, antara lima sampai enam bulan. "Usia entok itu biasanya warga di Pajampangan menyebutnya Manila Jumantung," ujar Karwan (37 tahun), warga Kampung Cigelang, Desa Gunungbatu, Kecamatan Ciracap, Kabupaten Sukabumi, Minggu (14/4/2019).
Menurutnya, proses pembakaran daging entok cukup sederhana, setelah entok disembelih, lalu dibersihkan bulunya. Kemudian entok yang sudah bersih tersebut dipotong-potong ukuran sedang, baru ditaburi garam dan dibakar pakai tusukan bambu (sate).
"Dari proses awal sampai matang lamanya diperkirakan satu jam, entok memang paling nikmat kalau diolahnya dibakar, adapun bumbunya tergantung selera, begitupun dengan sambelnya. Biasanya cukup dengan sambel kecap saja," jelasnya.
BACA JUGA: Kedai Bakso Singkur di Cidolog Sukabumi, Saos Bawangnya Bikin Sendiri
Hewan sejenis unggas ini ukuranya lebih besar dari Bebek, kata Karwan, biasanya entok jantan beratnya hingga tiga kilogram, sedangkan betinannya mencapai dua kilogram.
"Kalau dijadikan hewan peliharaan entok ini bisa mencapai berat tujuh kilogram, sedangkan betina beratnya mencapai lima kilogram. Biasanya entok di Panjampangan dijual per ekor Rp 40 ribu hingga Rp 60 ribu. Namun tergantung dari berat juga," pungkasnya.