SUKABUMIUPDATE.com - Bagi kebanyakan orang, makan tanpa sambel akan terasa kurang lengkap. Begitu pun kebiasaan warga Pajampangan. Sudah jadi tradisi, sambel dan lalapan harus selalu ada terlebih saat makan bersama (botram, red) di tempat wisata.
Seperti yang terlihat seiring dibukanya wisata Curug Cikurutug dan Situ Cipantik, di Kecamatan Jampangtengah, Kabupaten Sukabumi. Para penggerak wisata berusaha menghadirkan kuliner ciri khas, salah satunya sambel cikur buatan Umi Maya (65 tahun) warga Kampung Cirawa RT 17 RW 3, Desa Nangerang, Kecamatan Jampangtengah.
"Awalnya membuat sambel cikur untuk dikonsumsi dikeluarga saja," kata Maya, kepada sukabumiupdate.com belum lama ini.
Sambal buatan Umi Maya tersebut menjadi pelengkap sajian makanan khususnya bagi pengujung Curug Cikurutug, dan Situ Cipantik. Para penggerak wisata setempat pun membantu memasakan Sambal Cikur itu.
Sambal dibuat dari bahan-bahan alami, tanpa pengawet. Bahan bakunya terdiri dari kencur (cikur, red), bawang daun, cabe rawit, dan gara. Cara pengolahannya pun tak jauh berbeda dengan sambal lainnya.
"Sekitar awal tahun 2018 barulah membuat kemasan dengan toples, bisa dijadikan sebagai oleh-oleh buat wisatawan. Idenya dari penggerak wisata, mereka meminta saya membuat sambel cikur dalam kemasan agar dapat dibawa sebagai oleh-oleh ciri khas Curug Cikurutug," ujarnya.
Satu toples sambal cikur berukuran 220 miligram dijual dengan harga Rp 17. 500. Pemasarannya sekitar wilayah Jampangtengah.
BACA JUGA: Cita Rasa Dendeng Sapi Khas Jampangkulon Sukabumi, Gurih Lembut Enak di Lidah
"Untuk sementara baru suplai ke yang memesan saja, juga para pengunjung ke lokasi wisata. Kendalanya sekarang, bahan bakunya mahal. Bisa sampai tembus Rp 70 ribu per kilogram, itupun dari petani,"tuturnya.
"Sekarang masih produksi, namun terbatas kalau ada pesanan dan pengunjung yang ke lokasi wisata. Paling sekarang satu minggu hanya satu kilogram membuat sambelnya," tambahnya.