SUKABUMIUPDATE.com - Sukabumi menjadi salah satu daerah yang memiliki keanekaragaman makanan dan masakan yang begitu melimpah. Terbukti dengan banyaknya restoran dan cafe yang menyajikan ragam kuliner modern dan tradisional.
Kalau yang tradisional, ada yang namanya gongsir kepanjangan dari jagung dan gula pasir ada juga yang menyebutnya jagung disisir. Sesuai namanya, makanan ini terdiri dari sisiran jagung yang telah direbus kemudian diberi gula pasir lalu ditaburi parutan kelapa. Rasanya manis dan gurih.
Gongsir biasanya dijajakan pedagang secara keliling. Tapi kini keberadaan jajanan ini kini cukup jarang, hanya beberapa pedagang yang masih dapat ditemui menjajakan ke pelosok-pelosok perkampungan.
BACA JUGA: Manjakan Lidah, Es TBC di Pujasera Cibadak Sukabumi Diserbu Penikmat Kuliner
Dulu makanan ini dijual di sekolah termasuk SD dan cukup digemari sebelum kalah oleh jajanan modern.
Di Kota Sukabumi masih ada pedagang gongsir yang berjualan, salah satunya Andi (66 tahun) warga Cibodas, Kelurahan Cisarua, Kecamatan Cikole.
Andi (66 tahun) penjual gongsir di Kota Sukabumi. | Sumber: Garis Nurbogarullah
Andi yang dua tahun ini menjalakan usaha ini setiap harinya menghabiskan sebanyak lima kilogram gongsir. Menurut dia, pembelinya rata-rata ingin Bernostalgia dengan makanan tradisional ini.
Keuntungan dari berjualan gongsir ini tak seberapa, tapi Andi bersyukur dari usahanya ini dapat menutupi kebutuhan sehari-hari.
"Hasilnya lumayan buat menutupi kebutuhan sehari hari," ujarnya kepada sukabumiupdate.com, Sabtu (1/5/2018).
BACA JUGA: Geco Jalur Kota Sukabumi, Makanan Lawas Sejuta Umat
Andi berjualan berkeliling ke perkampungan, ke sekolah maupun tempat nongkrong yang ada di kota Sukabumi. Satu porsi gongsir harganya Rp 3.000, yang disajikan dibungkus daun pisang.
"Biasanya ke Dayeuhluhur, Lamping dan Warudoyong. Peminatnya saat ini berkurang dibanding sebelumnya. Mungkin sudah banyak makanan yang modern," tandasnya.