SUKABUMIUPDATE.com - Kepala Desa di Kabupaten Sukabumi Jawa Barat ini memang sedikit beda. Punya tugas lain disela tanggung jawab harian sebagai pimpinan desa, yaitu jadi tukang sampah.
Dua atau tiga kali dalam sepekan, Yudi Setiadi mewakafkan waktu dan tenaganya sebagai Kepala Desa Balekambang, Kecamatan Nagrak Kabupaten Sukabumi untuk menjadi tukang sampah. Bersama aparatur desa lainnya, Yudi berkeliling kampung dengan kendaraan tuanya, mengangkut sampah rumah tangga yang sudah di tempatnya warga di depan rumah masing-masing.
"Desa kami belum bisa dilayani maksimal oleh instansi pengangkut sampah. Dari pada sampah menumpuk di pinggir jalan dan makin bau karena frekuensi pengangkutannya lama, kami berinisiatif melakukan ini. Menyediakan jasa mengangkut sampah sendiri oleh pemerintah desa," jelas Yudi kepada sukabumiupdate.com, Jumat (24/12/2021).
Program ini dimulai tahun 2020 lalu atau ditengah pandemi covid-19 mengepung dunia. Tak hanya merelakan mobil kijang kotak antik kesayangannya untuk dijadikan kendaraan angkut sampah, Ia juga menjadi petugas pengangkut sampah.
Seminggu dua hingga tiga kali mereka keliling kampung, mengangkut sampah dari depan rumah warga ke TPA di Ciangsana Kecamatan Cikembar. Sehari bisa dua rit dengan total volume sampah yang diangkut bisa lebih dari 1 ton.
Kegiatan ini dilakukan Yudi pagi hingga siang hari, disela tugasnya jadi Kades. "Kadang dari pagi sampai tengah hari. Saya nyopir kadang juga ikut mengangkut sampah bantu-bantu petugasnya," ungkap Yudi.
Bahkan saat jadwal mengangkut sampah pada Kamis 23 Desember 2021 kemarin , Yudi dan petugasnya harus basah-basahan karena hujan deras mengguyur Sukabumi. Saat musim hujan jadwal pengangkutan sampah harus lebih banyak, lanjut Yudi karena kalau dibiarkan didepan rumah dan pinggir jalan menyebarkan bau tak sedap.
"Bau lah, apalagi musim hujan kayak gini. Selama pandemi sampe sekarang ini jumlah sampah rumah tangga lebih banyak. Kami melayani pengangkutan sampah rumah tangga. Tak boleh telat dan kelamaan dipinggir jalan, bau dan mengganggu," bebernya.
Yudi menambahkan dalam program ini ada iuran Rp 12 ribu perbulan bagi warga yang mampu. "Diluar warga yang bayar iuran kami angkut juga sampahnya tidak dibiarkan apalagi sudah menumpuk di pinggir jalan. Iuran itu untuk operasional. Pengangkut sampah dari Balekambang ke Cikembar dan pemeliharaan kendaraan serta biaya lainnya," ungkap Yudi.
Sejauh ini program ini baru bisa melayani warga di tiga kedusunan di wilayah Desa Balekambang, yaitu Pondok Tisu, Gudang dan Jelegong. Yudi berhadap ada perhatian dari pemerintah daerah dan pusat.
"Bukannya tidak dilayani oleh dinas tapi frekuensinya pengangkutan sampahnya terlalu lama, sehingga sampah semakin menumpuk, bau dan menimbulkan penyakit," tegas Yudi.
Pemdes juga belum berani menggunakan dana desa atau anggaran dana desa untuk program ini karena adanya peraturan terbaru terkait penggunaan anggaran oleh pemerintah pusat. "Sebenarnya keperluan utama program ini kendaraan, karena yang dipakai selama ini mobil tua. Tapi tidak mungkin pengadaan gunakan dana desa karena aturan terbaru, lagi pula dana desa bisa habis hanya untuk membeli mobil angkut sampah," bebernya.
Yudi juga pernah mencoba berkomunikasi dengan pemerintah daerah untuk pinjam pakai kendaraan (mobil) plat merah yang sudah tidak digunakan dari pada dibiarkan rusak. "Kayaknya banyak mobil dinas yang tidak terpakai, tadinya mau pinjam pakai saja, biar kami yang rawat. Namun sejauh ini belum mendapatkan respon,"