SUKABUMIUPDATE.com - Seorang pria paruh baya memakai kaos merah lusuh yang warnanya sudah memudar, dan celana panjang biru gelap, nampak berjalan kaki sambil memikul karung di punggungnya. Karung ukuran dua kali lebih besar dari tubuhnya yang kurus kering.
BACA JUGA: Abah Ujar, Penjual Kacang Tanah Asal Waluran Sukabumi yang Penuh Semangat
Setengah bungkuk, ia berjalan terengah-engah dibawah terik matahari, menyusuri aspal di sekitaran objek wisata Pantai Ujung Genteng dan Pantai Pangumbahan, Kecamatan Ciracap, Kabupaten Sukabumi.
Pria itu tak lain adalah Tatang S, atau warga sekitar biasa memanggilnya Uwa Teler. Bapak tiga anak ini tercatat warga Kampung Kalapacondong RT 04/01 Desa Ujung Genteng, Kecamatan Ciracap, Kabupaten Sukabumi.
BACA JUGA: Nyanyian Sepasang Pengamen di Pabuaran Sukabumi, Suami Rela Berdandan Demi Istri
Ia tinggal di sebuah bangunan semi permanen berdinding anyaman bambu alias bilik, berukuran 5x5 meter persegi. Tempat yang ia sebut rumah.
"Dulu jualan es teler, makanya lebih dikenal Uwa Teler," ujarnya saat diwawancarai sukabumiupdate.com di kediamannya, belum lama ini.
Kediaman Tatang S, pemulung asal Ciracap, Kabupaten Sukabumi yang akrab disapa Uwa Teler. | Sumber Foto: Ragil Gilang
Tatang adalah seorang pemulung. Profesinya itu sudah digeluti, seingat Tatang, sejak setahun ke belakang. Setiap hari ia berangkat dari rumah, menyusuri bentangan kilometer, berkeliling di sekitaran Pantai Ujung Genteng dan Pantai Pangumbahan untuk mencari barang bekas yang masih bisa jadi rupiah.
Hari-hari biasa, Tatang memulai aktivitasnya sekitar pukul 15.00 WIB atau selepas Ashar. Tapi kalau di musim liburan, atau saat pantai sedang ramai, pukul 06.00 WIB, Tatang sudah bergegas.
BACA JUGA: Semangat Janda Tua Ciracap Sukabumi, Mengayuh Sepeda Jualan Sayur
"Tinggal di Desa Ujung Genteng ini baru 19 tahun. Saya asalnya dari daerah Sagaranten. Sekarang kerja yang berat-berat sudah tidak kuat lagi. Cuma jadi pemulung yang bisa dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari," lanjutnya.
Tatang juga punya keahlian lain, yakni memijat. Tak jarang pada malam hari Tatang dapat panggilan memijat dengan harga sukarela.
"Penghasilan dari memulung ya tidak tentu, tergantung hasil mulungnya. Kalau musim libur lebaran mah bisa dapat sampai 5-6 kilogram. Kalau hari biasa paling dapat beberapa biji bekas botol minuman ringan plastik atau yang lainnya," sambung Tatang.
BACA JUGA: Perajin Sapu Ijuk Asal Sagaranten Sukabumi Tinggal di Rumah Tanpa Jendela
"Hasil memulung biasanya dikumpulkan dulu di rumah. Kalau sudah banyak baru dijual. Paling banyak dapat hasil mulung itu 100 sampai 150 kilogram. Satu mobil diambil sama bos, paling itu dapat Rp 150.000 sampai Rp 200.000 sekali angkut. Itu sudah termasuk kardus, botol plastik, dan sebagainya," imbuhnya.
"Kadang-kadang suka ada juga pengunjung yang kasih uang. Alhamdulillah selalu ada rezekinya, yang penting halal. Selain untuk kebutuhan sehari-hari, uang lebihnya dikumpulkan. Sekarang sudah kebeli kayu buat rehab rumah," pungkasnya.