SUKABUMIUPDATE.com - Kosih (79 tahun), seorang marbot masjid tinggal sebatang kara di sebuah gubuk reyot di Kampung Ciracashilir RT 02/09, Kelurahan Cikundul, Kecamatan Lembursitu, Kota Sukabumi. Gubuk berdinding bilik bambu dengan lantai papan ini berada di tengah kebun milik warga.
Minggu (13/1/2019) itu langit terlihat mendung dan waktu menunjukan pukul 15.00 WIB. Di pinggir jalan Jalan Proklamasi, Kelurahan Cikundul, Kecamatan Lembursitu, Kota Sukabumi, terlihat Kosih sedang akrab mengobrol dengan warga di sebuah warung.
Disamping warung tersebut terdapat sebuah masjid bernama Masjid Jami Qubbatul Islam dan Kosih adalah seorang marbot di masjid tersebut. Kakek itu ramah dan murah senyum kepada siapapun yang menyapanya.
BACA JUGA: Balada Pasangan Manula, Tinggal di Sebuah Gubuk Pinggiran Kota Sukabumi
Gubuk Kosih berada di gang di belakang masjid tersebut. Jaraknya lumayan jauh yakni sekitar 500 meter dari masjid.
Awan pun tak kuat menahan air hujan sore itu. Sebentar saja hujan mengguyur, air menetes dimana-mana dari atap gubuk tersebut. "Kalau hujan gede, basah semua di dalam," ungkap Kosih.
Bagian dalam gubuk itu, nampak tumpukan pakain. Ada dua lampu yang menerangi malam Kosim, satu di dalam dan satu di luar ruangan. "Yah lumayan hangat kalau gak hujan di dalam sini mah," terangnya.
Untuk keperluan mandi dan lainnya ada sumur di dekat gubuk tersebut. Kamar mandinya hanya dikelilingi terpal saja. Setiap hari, Kosih bekerja sebagai marbot Masjid Jami Qubbatul Islam dan mendapat upah sebesar Rp 70 ribu setiap minggunya. Meski demikian dirinya tetap bersyukur dengan rezeki yang diterimanya. Dia pun menjelaskan tugas apa saja yang dikerjakan di dalam masjid tersebut.
"Ya alhmadulillah, saya tujuannya bukan untuk mencari uang dengan jadi marbot ini, karena ikhlas merawat dan menjaga rumah Allah. Selain beberes masjid, saya juga sering jadi muadzin di sini," paparnya.
Setiap harinya Kosih lebih banyak menghabiskan waktu di masjid. Pukul 03.00 WIB, Kosih sudah beranjak ke masjid dengan ditemani tongkatnya untuk mempersiapkan salat subuh berjamaah kemudian melantunkan azan. Setelah salat subuh, Kosih kembali ke rumahnya untuk tidur atau sekedar mendengarkan tausiyah dari radio kecil miliknya. Biasanya pukul 11.00 WIB, Kosih beranjak kembali ke masjid untuk persiapan salat zuhur. Dari zuhur Kosih akan berada di masjid hingga salat Isya.
BACA JUGA: Balada Difabel Asal Waluran Sukabumi, Punya Sepatu Beda Warna
"Saya pulang ke rumah biasanya jam 21.00 WIB malam," ungkapnya.
Kosih mengungkapkan, istrinya sudah meninggal dunia. Dan dirinya memiliki dua orang anak, yang satu sudah meninggal dan satu lagi pergi meninggalkannya karena dibawa oleh suaminya ke Jawa Timur. Tetangganya sangat baik kepada Kosih selain memberi makan, tetangganya pernah mengajaknya untuk tinggal di rumah tetangganya ini. Namun ia menolak karena takut merepotkan.
"Saya mah tinggal di sini saja sudah bersyukur. Sudah enam tahun tinggal di sini, meskipun sudah hampir rubuh tapi yah gak apa-apa, tetangga di sini baik-baik juga. Tempat ini juga dikasih tetangga, makan dari tetangga atau warga banyak yang kasih. Alhamdulillah rezeki mah ada yang bagi," pungkasnya.