SUKABUMIUPDATE.com - Sungguh malang nasib yang dialami Adom (85 tahun) dan Icih (78 tahun). Bukannya menikmati masa senja, pasangan yang tinggal di Kampung Selakaso, RT 01/02, Kelurahan Babakan, Kecamatan Cibereum Hilir, Kota Sukabumi itu masih berjuang agar bisa bertahan hidup meski ditengah segala keterbatasan. Kondisi diperparah lantaran pasangan usia senja itu kerap sakit-sakitan akhir-akhir ini.
Adom dan Icih tinggal di sebuah rumah yang lokasinya diujung pemukiman warga sekitar atau bisa dikatakan di pinggir sawah. Tak mudah mengakses rumah Adom dan Icih, apalagi dibawah guyuran hujan. Pertemuan pertama dengan Adom dan Icih begitu berkesan, entah aura apa yang dipancarkan mereka, namun senyuman ramah khas orang tua lanjut usia begitu hangat dirasakan. Adom tak merasa risih ketika bertemu orang baru yang menghampirinya lalu mengajak bersalaman dan berkenalan, begitupun Icih, begitu gemarnya ia mengajak berbicara dan ngobrol tentang hal apapun dengan semangatnya.
Setelah perkenalan dan pertemuan pertama itu, muncul seorang ibu-ibu yang menggendong anak lalu mendatangi serta memperkenalkan diri. Dia adalah Ros (35), istri dari anak kedua Adom dan Icih yang bernama Gagan (51), saat itu Gagan sedang tidak ada.
BACA JUGA: Balada Difabel Asal Waluran Sukabumi, Punya Sepatu Beda Warna
“Lagi kerja di sana tuh di pembuatan cue (ikan asin -red),” ucap Ros kepada sukabumiupdate.com, di depan gubuk Adom dan Icih, Kamis (3/1/2019).
Ros pun mengajak masuk ke dalam rumah Adom dan Icih. Menelisik secara ke seluruhan, rumah mereka hanya seluas 4X2,5 meter persegi. Jenis rumah panggung yang terlihat reyod, atap-atap terlihat banyak yang bocor, itu adalah gambaran pertama ruang tengah milik Adom dan Icih.
Di sebelah kanan pintu masuk rumah, terdapat dua tempat kamar tidur. Ternyata Adom dan Icih tidur di tempat terpisah. Jika dilihat, luas kamar tidur milik Adom hanya berukuran kurang lebih 1,25X1,25 meter persegi luasnya. Namun lebih sempit kamar Icih yang terlihat dipojokan dengan hanya seluas setengah meter panjang dan lebarnya.
Adom dan Icih di depan pintu rumahnya. |Sumber Foto: Muhammad Gumilang.
Kedua kamar nampak gelap, lembab dan berantakan. Sepertinya memang dikarenakan tetesan air hujan yang membocori atap rumah mereka. Di sebah kiri pintu masuk rumah, terdapat dapur, terlihat mereka masih menggunakan tungku dan kayu bakar untuk memasak.
Untuk buang air besar atau kecil, mereka harus meminta bantuan Ros atau Gagan untuk menuntun mereka menuju selokan kecil di sekitaran pinggir rumah. Di tempat itu juga mereka terbiasa mencuci pakaian dari sumber air selokan dan mandi dengan air selokan juga. Selain itu, hanya satu buah lampu bohlam terpasang di rumah guna menemani terang malam mereka.
Seketika melihat kondisi tersebut sungguh sangat memprihatinkan dan membuat hati pilu. Sudah tua, miskin dan tinggal dibawah atap rumah yang tak layak huni pula. Belum lagi jika cuaca hujan, rumah yang mereka huni kerap kali bocor dan khawatir sewaktu-waktu ambruk.
BACA JUGA: Cerita Pilu Difabel Jampangtengah, Jauh-jauh ke Kota Tak Dapat Hadiah Kursi Roda
Icih bercerita, bahwa mereka sebetulnya dikaruniai empat orang anak, namun hanya tinggal anak kedua mereka yaitu Gagan dan istrinya, Ros yang sampai detik ini setia merawat mereka. Sedangkan anak mereka yang lain berada di luar Sukabumi dan jarang berkunjung.
“Siapa lagi atuh kalau bukan Ros dan Gagan yang ngurus abah dan umi mah. Saya sakit-sakitan, uang enggak punya, rumah seperti ini,” terangnya.
Icih mengaku sudah belasan kali terjatuh hingga membuat kedua kakinya mengalami sakit dan bengkak hingga saat ini. Ditambah lagi Adom yang sudah tidak bisa banyak bergerak, kemampuan pendengaran dan penglihatan merekapun sudah berkurang.