SUKABUMIUPDATE.com - Suara langkah kaki setengah diseret terdengar dari sebuah gubuk tua di Kampung Ciputat, Desa Neglasari, Kecamatan Purabaya, Kabupaten Sukabumi. Dari balik kaca, terlihat seorang gadis cantik mencoba meraba dinding gubuk yang terbuat dari kayu. Dialah Kati, gadis 17 tahun penyandang tunanetra sejak lahir.
Kati adalah anak ke 10 dari 11 bersaudara dari pasangan Hadim (58 tahun) dan Empat (50 tahun). Mereka hidup pas-pasan, mengandalkan upah sebagai buruh tani.
Saat sukabumiupdate.com mencoba berbincang dengannya, Kati pun terlihat malu. Namun akhirnya Ia pun bercerita tentang keinginannya memiliki teman.
Sejak kecil, Kati hanya bergaul dan hidup dengan 10 saudaranya di dalam gubuk kecil berukuran 8 x 4 meter tersebut. Tak heran jika ia tak mempunyai teman selain 10 saudaranya.
BACA JUGA: Pulang Kampung Bawa Medali Emas, Pemuda Asal Surade Sukabumi Disambut Meriah
Kesulitan ekonomi membuat Kati dan ke 10 saudaranya tak menempuh bangku pendidikan formal hingga tuntas. Jangankan Kati, 10 saudaranya yang lain pun hanya menempuh pendidikan hingga sekolah dasar (SD). Tak heran jika mereka memilih untuk mengurus Kati di rumah saja tanpa pernah mengajaknya untuk bergaul dengan dunia luar.
"Sejak kecil saya sering mendengar suara anak-anak seumuran saya bermain. Ingin sekali saya ikut bergabung bersama mereka namun apalah daya, saya tak mungkin seperti mereka," kata Kati seakan berharap ada keajaiban atas kondisi matanya.
"Saya tidak punya teman dekat, karena dari kecil saya tak pernah keluar rumah kecuali ke kamar mandi. Padahal saya sangat ingin berbincang dan bermain dengan anak - anak lain seusia saya," ungkapnya sedih.
BACA JUGA: Kisah Suprihatin, Anak Yatim Piatu di Sagaranten Sukabumi yang Hidup Prihatin
Kati diam - diam suka mendengarkan lagu yang diputar tetangganya. Ia hampir hafal semua grup band dan artis yang terkenal saat ini.
"Buat menghibur diri paling saya suka menyanyi sendiri saja. Itu pun yang saya pernah dengar dari musik yang diputar tetangga. Tapi saya cukup senang dapat hafal lagu-lagu itu meski enggak pernah lihat orangnya," sambung Kati.
Kekhawatiran kedua orang tua Kati dengan keselamatannya tak membuat Kati menjadi gadis malas. Di usianya yang mulai beranjak dewasa, Ia pun mengaku dapat melakukan pekerjaan rumah layaknya gadis seusianya.
"Alhamdulillah saya sudah bisa mencuci baju sendiri, mencuci piring dan menyapu tanpa bantuan yang lain," sambungnya.
BACA JUGA: Senangnya Gadis Waluran Sukabumi Dipuji Gatot Nurmantyo di Media Sosial
Kati yang sudah mulai mandiri ini tak lantas membuat Hadim ayahnya tenang. Hadim tetap khawatir jika meninggalkan Kati sendirian dirumah.
"Delapan anak saya sudah menikah, satu diantaranya bekerja di kota. Jadi tinggal dua orang lagi, Kati dan adiknya yang dirumah. Makanya saya sering khawatir jika meninggalkan mereka terlalu lama dirumah berdua karena kalau tidak saya sodorkan makan, Kati tidak pernah makan sendiri," ungkap Hadim pada sukabumiupdate.com.
Hadim berharap Kati dapat terbiasa hidup mandiri dan tidak bergantung pada orangtua. Usia Hadim dan Istrinya yang sudah semakin renta.
"Saya bingung, jika saya dan istri saya meninggal, siapa yang akan merawatnya. Dari dulu saya berdoa semoga ada keajaiban pada anak saya agar dapat hidup normal seperti yang lainnya," pungkas Hadim sambil mengusap air matanya yang tak henti terjatuh.